BeritaUnggulan

Santri Harus Sehat Lahir Batin

Hari ini, 22 Oktober 2020, Indonesia memperingati Hari Santri Nasional (HSN) ke-5 sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 2015. “Santri Sehat Indonesia Kuat” diusung sebagai tema tahun ini, mengingat HSN kali ini diperingati saat Indonesia masih dibekap pandemi Covid-19. Tema ini menarik untuk dikaji, karena ada segelintir kalangan yang menganggap santri sebagai civitas yang abai akan kesehatan. Benarkah demikian? Simak petikan wawancara Mohammad Iksan dari Sidogiri.net dengan Mas H. Achmad Sa’dullah Abd Alim, Bendahara Umum Pondok Pesantren Sidogiri.

Pandangan Anda mengenai tema HSN?

Karena santri bagian dari umat Islam dan Islam adalah agama mayoritas penduduk Indonesia. Maka, jika santri sehat, niscaya Indonesia semakin kuat. Sehat yang dimaksud adalah sehat zahir dan batin.

Santri, untuk bisa menikmati sehat zahir bisa dengan cara berolahraga, istirahat yang cukup dan menjaga pola makan. Sementara secara batin, santri seharusnya lebih sehat. Sebab, santri mesti menyadari dan meyakini bahwa semua yang terjadi di dunia sudah ada yang mengatur. Tugas kita hanya berusaha. Semisal, ingin punya ilmu, ya, belajar, yang memberi ilmu itu Allah. Dengan begitu, dalam menjalankan sesuatu akan lebih enjoy. Jiwa bakal tenang, tidak takut sakit, miskin dan lainnya. Ketenangan jiwa inilah yang membuat kita lebih sehat, karena pikiran negatif yang lahir dari ketidaktenangan jiwa sangat mempengaruhi kesehatan.

Kaitan santri dengan kesehatan?

Sangat erat. Banyak dalil dalam Islam yang berkenaan dengan kesehatan, baik hadis ataupun maqālah, seperti an-nazhafatu min al-iman. Apapun yang masuk pada perut kita harus bersih. Higienis secara islami, dalam artian tidak mengonsumsi barang haram, seperti minuman keras, bangkai dan yang lain, itu tidak baik bagi kesehatan. Makan tidak berlebihan, cara sehat yang sudah diakui oleh banyak kalangan. Begitulah Islam mengatur kita.

Dengan ini, seharusnya santri menjadi sosok yang paling bisa menerapkan gaya hidup sehat. Apalagi ada santri yang bisa mempraktikkan berhenti makan sebelum kenyang, rajin puasa Senin-Kamis, Daud dan yang lain, insyaallah akan lebih sehat.

Namun, bukan berarti ketika ada santri sakit disebut “kurang santrinya”, bukan seperti itu. Sakit, ya, sakit. Karena, kembali lagi pada yang tadi, semua sudah ada yang ngatur, termasuk sehat dan sakit. Hanya saja, kita sebagai santri harus tetap menerapkan pola hidup sehat sebagai langkah ikhtiar.

Yang perlu ditekankan adalah bagaimana santri menjalankan ajarannya dan bagaimana cara mereka menyikapi apa yang telah digariskan oleh Allah. Ketika sakit, maka bersabar. Bersabar dalam mencari obat, beristirahat dan bersabar dalam ikhtiar-ikhtiar yang menjadi wasilah bagi dirinya untuk sehat. Ketika sehat juga bersabar dalam menjalankan ibadah dan bersyukur dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Intinya santri dan sehat berkaitan erat. Sebab, dengan bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu agama dan mengaplikasikannya, insyaallah, santri akan sehat zahir batin.

Santri adalah komunitas tak acuh pada kesehatan. Benarkah?

Tidak benar, karena ajarannya sudah sesuai dengan kesehatan. Anggapan seperti itu, mungkin karena muslim yang identik dengan santri adalah mayoritas, sehingga yang tidak melakukan ajarannya (hidup sehat, red) akan mudah tampak dan terlihat lebih banyak daripada yang minoritas. Logikanya begini, semisal 1000 banding 10, maka setengah persen dari 1000 akan lebih terlihat banyak dibanding satu persen dari 10 tadi.

Hikmah tema HSN tahun ini?

Di momen HSN dengan tema “Santri Sehat Indonesia Kuat” ini, semoga semakin banyak santri yang menjalankan agamanya agar hidupnya lebih sehat dan yang sakit diberi kesabaran untuk berikhtiar terhadap kesembuhannya serta bersabar dengan rasa sakitnya.

Harapan Anda pada santri?

Bersyukur menjadi santri!

Tonton videonya di sini

Shares:
Show Comments (5)

5 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *