Berita

Hadirkan K.H. Basori Alwi untuk Menyambung Sanad Al-Quran

Prof. KH. Basori Alwi mentalaqi bacaan Al-Quran dihadapan mutaalim wusta.
Prof. KH. Basori Alwi mentalaqi bacaan Al-Quran dihadapan mutaalim wusta.

Guna membekali murid-murid kelas tiga Tsanawiyah yang sebagian akan ditugaskan untuk mengajar, Ta’limiyah wa Tahfidz Al-Quran (TTQ) menghadirkan Prof. KH. Basori Alwi al-Murtadho, Pengasuh Pesantren Ilmu Al-Quran, Sigosari pada malam Jumat (01/05).

Alhamdulillah beliau berkenan hadir dan bisa melaksanakan agenda tahunan ini untuk menyambung sanad bacaan Al-Quran kepada beliau,” ungkap Ust. Chlili Abu Siri, Kepala TTQ, membuka acara yang bertempat di Masjid Jami’ Sidogiri.

Dalam acara yang berlangsung khidmad setelah pembacaan sholawat dibaiyah ini dengan suasana gemuruh hujan yang sangat deras, suara seorang Profesor yang sudah berumur 91 tahun ini, semula terdengar parau dan pelan. Namun sekonyong-konyong suara beliau yang tampak sedang menderita jantung koroner menjadi, lantang saat beliau mulai membaca Al-Quran.

Bahkan beliau mampu mentalaqqi bacaan Al-Quran pada Juz 30, mulai dari surat An-Naba’ sampai surat Al-Insiqoq dengan lagu bayati dan metode jibril (guru yang membaca Al-Quran lalu diikuti muri.red) kepada segenap Mutaalim Al-Quran tingkat Wusta.

Dalam kesempatan ini KH. Basori mengaku bersyukur bisa memenuhi undangan. “Dengan keadaan seperti ini. Saya penuhi undangan ini karena kecintaan saya pada tempat saya belajar di waktu kecil dahulu,” kenang alumni Pondok Pesantren Sidogiri tahun 1940 an ini.

Lebih lanjut pecinta Al-Quran kelahiran 1927 ini, banyak mengulas tatakrama membaca Al-Quran dan kemulyaan dimiliki pecinta Al-Quran. Diantaranya dengan mengutip sebuah hadits “Dikatakan kepada pemilik Al-Qur’an, bacalah dan mendakilah. Bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca secara tartil di dunia. Karena kedudukanmu di akhir ayat yang engkau baca,” kutip qori’ yang langganan menjadi juri MTQ ini

Menurutnya, keutamaan derajat di surga sesuai dengan ayat yang dihafal ketika di dunia. “Apabila hanya menghafal Al-Fatihah berarti tujuh derajatnya, sedangkan apabila hafal semua Al-Quran berarti mendapatkan 6666 derajat sesuai dengan jumlah ayatnya” jelas salah satu pencetus ide MTQ internasional tersebut.

“Tapi yang disuruh membaca (mendapat kemulyaan,red) di surga nanti, adalah bacaannya yang tartil. Tartil itu adalah memperbagus bacaan huruf dan waqofnya,” lanjut kakek dari 23 cucu ini.

Di akhir acara yang juga dihadiri oleh muallim ulya (Guru Al-Quran Tingkat Aliyah) dan Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri ini, beliau menjelaskan tetang khota’ jali dan khota’ khofi terkait bacaan Al-Quran. “Khota’ Jali adalah kesalahan bacaan yang al-Quran yang bernilai dosa. Bahkan bisa membatalkan shalat,” tandasnya dihadapan para santri.[r-dy]

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *