Artikel

Citra Islam dan Surat dari Yahudi

Keterangan: https://www.google.com/search?q=surat+yahudi

Syeikh Abdullah bin Mahfudz bin Bayyah adalah satu dari 500 Muslim paling berpengaruh di dunia. Ulama asal Mauritania ini aktif sebagai motor penggerak forum “Ta‘zîzusSilmi fil-Mujtama‘âtil-Muslimah”, atau “Promoting Peace in Muslim Societies”, di mana beliau mempromosikan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan keadilan di dalam Islam ke dunia internasional. Sebab, hal terpenting yang kini menjadi PR umat Islam – tanpa terkecuali – adalah memperbaiki citra Islam yang sudah tampak tidak karuan, baik secara lokal maupun global. Karena faktanya, negeri-negeri dengan penduduk mayoritas Muslim, baik di Asia maupun Afrika, rata-rata masuk dalam indeks negara gagal.

Sedangkan negeri-negeri umat Islam di Timur Tengah kini babak belur akibat huru hara dan perang yang tak berkesudahan. Syeikh Bin Bayyah menyatakan, bahwa membaikkan citra Islam itu termasuk bagian yang tak terpisahkan dari maqâshidusysyarî‘ah, dengan merujuk pada hadis Nabi, “Lâ yatahaddatsun-nâsu anna Muhammadan yaqtulu ashhâbah”. Artinya, orang-orang munafik yang Islamnya sebatas berpura-pura, oleh Nabi dibiarkan hidup, tidak diperangi dan tidak dibunuh, karena mereka secara lahiriah sudah menjadi bagian dari Islam dan hidup berdampingan. Sehingga jika Nabi e membunuh mereka, maka citra Islam akan rusak, dan menghembuskan opini bahwa Nabi telah membunuh temantemannya sendiri.

Hal ini selaras dengan pernyataan al-Habib Ali al-Jufri, salah satu murid Syaikh Bin Bayyah yang terkenal, bahwa umat Islam adalah cermin yang memantulkan cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia. Jika cermin itu buram, maka orang-orang non-Muslim akan melihat gambaran “Islam” yang buram. Padahal bukan Islam yang buram, melainkan umat Islam yang buram, sehingga menampilkan Islam dengan gambaran yang buram. Dalam kaitannya dengan hal ini, saya jadi teringat pada surat seorang perempuan Yahudi (Posted: Kamis, 23 Mei 2013. 00:59) yang sempat di-share oleh Habib Ali al-Jufri melalui akun Twitter pribadinya, yang secara ringkas surat itu begini isinya: Banyak Muslim yang mendakwahi saya agar lepas dari agama Yahudi dan memeluk Islam.

Salah seorang teman mengirimkan kisah indah tentang Nabi Muhammad dan tetangga Yahudinya yang rutin menyakiti Nabi, sedang Nabi selalu bersabar. Suatu ketika, saat si Yahudi jatuh sakit, Nabi datang menjenguknya. Si Yahudi pun malu, dan akhirnya memeluk Islam. Ketika saya membaca cerita itu, saya memahami bahwa perilaku dan akhlak Nabi adalah standar atas penerimaan si Yahudi itu pada Islam, sebelum ia membaca ayat-ayat al-Quran. Dan kini timbul tanya di dalam diri saya, “Dengan apa kalian saat ini hendak mengajak Yahudi untuk masuk Islam?” Saya berharap sikap terus terang saya ini tidak membuat kalian marah. Saya mencoba memahami Islam dari sudut pandang si Yahudi tadi, yang masuk Islam tersebab perilaku dan akhlak Nabi yang disaksikannya, sebelum ia sempat mendengar ayatayat al-Quran. Muslim hari ini terpilah pada mazhab beragama, dan masing-masing mazhab saling mengkafirkan dan membunuh.

Maka jika saya – sebagai Yahudi – hendak masuk Islam, saya harus masuk Islam versi yang mana? Dan jalur Islam mana yang menjamin saya bisa hidup aman dari pembunuhan oleh pendukung kelompok Islam yang lain? Dua hari yang lalu saya membaca laporan PPB yang memberitakan bahwa hanya dalam dua tahun, 80.000 Muslim terbunuh oleh Muslim sendiri di Suriah, baik dari pihak rezim berkuasa maupun dari pihak oposisi. Saya juga telah membaca statistik yang mendata korban terbunuh di Irak selama perang sektarian di wilayah itu, di mana ada lebih dari 280.000 orang terbunuh. Mayoritas adalah Muslim.

Hanya sedikit yang Kristen. Maka bagaimana Yahudi akan masuk Islam jika faktanya dia mendapati Muslim membunuh saudara Muslimnya sendiri bersebab agama Islam? Sementara kalian tak mungkin mendengar ada orang Yahudi membunuh saudara Yahudinya lantaran agama Yahudi itu sendiri. Isi surat perempuan Yahudi itu masih panjang, ditulis dalam bahasa Arab. Tapi saya pikir kutipan tadi sudah cukup bagi kita untuk memahami bahwa kita perlu menampilkan Islam dalam bentuk terbaiknya.

Moh. Ahyat Ahmad/Sidogiri Media Edisi 111

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *