Artikel

Salaman

Yang paling nampak hari ini, tepatnya selepas salat lebaran, orang-orang satu sama lain bersalaman. Budaya salaman, nyatanya tidak murni adat-istiadat Indonesia. Hal semacam ini menjadi kebiasaan para sahabat Nabi, pada empat belas abad silam.

Sebagaimana hadis riwayat at-Tabrani, beliau menceritakan: sesungguhnya Sayyidina Anas bin Malik RA pernah bersabda:

ﻛﺎﻥ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﺫﺍ ﺗﻼﻗﻮﺍﺗﺼﺎﻓﺤﻮﺍ ، ﻭﺇﺫﺍ ﻗﺪﻣﻮﺍ ﻣﻦ ﺳﻔﺮ ﺗﻌﺎﻧﻘﻮﺍ .

“Dulu, sahabat Nabi SAW setiap kali bertemu, pasti salaman. Bila datang dari perjalanan, pasti saling berpelukan.”

Selain menjaga tradisi leluhur, ritual salaman sangat berpotensi untuk melebur kesalahan. Aktifitas dalam rangka menghapus dosa, sangat penting untuk dilakukan manusia, yang kerap kali melakukan salah dan lupa. Fitrahny, manusia mahallul-khata’ wan nisyan.

Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أنْ يَتَفَرَّقَا

“Tidaklah ada pertemuan dua muslim, yang dilanjutkan dengan salaman, kecuali dosa keduanya terampuni sebelum berpisah”.

Di sisi lain, mencium tangan orang yang memiliki nilai plus dalam agama, sangat dianjurkan. Ibarat semacam ini, terpampang jelas dalam kitab Asnal-Mathalib, juz III:

وَيُسْتَحَبُّ تَقْبِيلُ يَدِ الْحَيِّ لِصَلَاحٍ وَنَحْوِهِ من الْأُمُورِ الدِّينِيَّةِ كَزُهْدٍ وَعِلْمٍ وَ شَرَفٍ كما كانت الصَّحَابَةُ تَفْعَلُهُ مع النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم كما رَوَاهُ أبو دَاوُد وَغَيْرُهُ بِأَسَانِيدَ صَحِيحَةٍ

“Disunnahkan mencium tangan orang yang masih hidup lantaran memiliki kebaikan dalam urusan agama, seperti: zuhud, memiliki ilmu, dan mulia. Sebagaimana pula yang dicontohkan sahabat kepada Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya dengan sanad yang sahih”.

Dari sanalah, jelaslah ritual salaman perlu dibudayakan, dan dianjurkan kepada semua golongan.

Oleh: Muhammad ibnu Romli, Sidogiri.Net

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *