Artikel

Cinta Negeri ala Santri

Tidak cinta negeri, berarti bukan santri. hal itu tidak terlalu berlebihan. Mengingat, cinta tanah air adalah sebagian iman.

Meski hadits itu—menurut Mulla Ali al-Qari dalam kitab Mirqatul Mafatih fi Syarh Misykatil Masahabih (2×2.29/Qar/m/C.01)—tergolong palsu, akan tetapi Imam az-Zarkasyi berpendapat bahwa hadits itu shahih dalam maknanya saja.

Selain dalil itu, dalam Shahih Bakhari (2×2.21/Buk/s/C.07) diceritakan, Rasulullah SAW mempercepat laju kendaraannya saat mendekati kota Madinah, sebagai bukti kecintaan beliau pada negarannya. Hal itu sama persis dengan komentar Ibnu Hajar al-Asqallani dalam Fathul-Bari (2×2.21/Ibn/f/C.03).

Tidak hanya kecintaan pada Madinah, Rasulullah SAW jauh mencintai Mekkah, selaku tanah kelahirannya. Dalam Sunan Tirmidzi (2×2.25/Tir/j/C.02) dikisahkan, saat Rasuullah SAW diusir (baca: hijrah) dari Mekkah, beliau sedih seraya bersabda “Sungguh aku diusir darimu (Mekkah), sungguh aku tahu bahwa dirimu negara yang paling dicintai dan dimuliakan oleh Allah SWT, seandainya pendudukmu tidak mengusirku niscaya aku takkan meninggalkanmu”.

Meninggalkan tanah air bukanlah hal yang remeh. Disebutkan dalam salah satu ayat al-Quran (2×1/Alq/q/C.01), “Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, “Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu,” ternyata mereka tidak melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka” (QS: an-Nisa’ [4] 66). Pada jilid ke-15 Tafsir al-Kabir (2×1.32/Raz/t/C.01), Imam Ar-Razi berendapat, keluar dari kampung halaman (baca: tanah air) sama halnya dengan dibunuh. Mengingat, mencintai tanah air adalah suatu keniscayaan.

Samahalnya dengan salah satu ayat pada surah al-Baqarah yang artinya “Dan bunuhlah mereka dimana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusirmu, dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan” (QS: al-Baqarah [2] 191). Mula al-Qarni berargumen—dalam kitabnya Mirqatu fi Syarh Misykati (2×2.29/Qar/m/C.01)—bahwa ”fitnah” disana adalah mengusir dari tanah air.

Semua ayat dan hadis diatas, menuntut kita mencintai negara. Mengingat, santri adalah: orang yang berpegang teguh pada tali Allah, serta menapaktilasi Rasul-Nya.

Muhammad ibnu Romli/sidogiri.net

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *