Artikel

Mas Aminullah Bq; Beginilah Konsep Ekonomi Santri

Seharusnya, seorang santri itu tidak memikirkan pekerjaan dan rezeki. Semuanya sudah ditanggung oleh Allah. Bukankah kalian mondok di Sidogiri untuk mencarii ilmu, bukan mencari pekerjaan, maka hal itu tak perlu terlalu dipikirkan. Mencari ilmu itu jauh lebi penting. Kalaupun ketika boyong nanti ada tuntutan seperti menafkahi istri, orang tua, atau saudaranya, maka tentu saja memang harus usaha. Tapi usaha, ya hanya sekadar usaha, karena untuk rezekinya, makhluk sudah ada jatah atau porsinya sendiri-sendiri dari Allah. Namun, kalau mau usaha itu mendapatkan keuntungan besar, maka modal atau pengorbanannya juga harus besar. Harus berabi rugi, lagi. Tapi sekalipun begitu, harus ada perhitungan yang mapan. Jangan serampangan. Semua itu ada ilmunya.
Yang perlu diperhatikan lagi, tujuan utama dari bekerja. Seharusnya, tujuan kerja itu untuk ibadah. Menafkahi orang tua, istri (kalau punya), atau membantu saudar dan orang lain yang tak mampu. Jangan sampai bekerja hanya untuk mengumpulkan uang, mal’un (dilaknat) nanti jadinya. Membersihkan hati untuk tujuan yang benar itu bisa dilakukan memang dari bawah. Perlahan, tapi harus terus. Intinya, masalah kerja itu jangan sampai dibuat pusing. Saya sendiri dari dulu memang tidak tertarik bekerja, maka apa adanya saja. Alhamdulillah, untuk rezeki itu ada saja. Seperti kata Imam as-Syafii, kalau memang milik saya, maka rezeki itu akan datang, walaupun didasar laut. Sekalipun saya tidak usaha.
Lagi, kerja itu memang harus dari kecil dulu. Orang yang jadi kaya raya itu tidak langsung besar, dari bawah. Dan, jatuh-bangun itu biasa. Kalau jatuh, usaha lagi, usaha lagi, dan terus usaha lagi. Jadi, kata teman di sosmed, orang yang berhasil itu orang yang selalu cari jalan. Orang yang gagal, orang yang selalu cari alasan.
Hanya saja, kalau rezeki itu dirasa sulit, maka perbanyaklah istighfar. Orang-orang itu kadang menganggap enteng, karena istighfar sudah sangat biasa, katanya. Padahal, Allah sendiri menjelaskan dalam al-Quran (QS. Nuh: 10-13), kalau kita banyak istighfar, maka bukan hanya dosa yang diampuni, tapi semuanya akan kita dapatkan. Harta, keturunan, bahkan surga (ayat 12). Ingin banyak uang, banyak istighfar. Kalau rezeki kita sempit, maka itu karena kita banyak dosa. Selain istighfar, ya, bacalah Surah Kahfi, al-Waqiah, al-Mulk, Yasin. Kalau bisa bacanya pagi-sore, yang rutin.
Orang itu kadang hanya mangandalkan akal dan usahanya, bukan Tuhan. Padahal, yang ngasih rezeki itu Allah! Bagusnya, kita sekadar usaha, yang menentukan hasilnya Allah. Seperti itu yang kita dapat, yang itulah yang kita syukuri. Besok usaha lagi, besoknya lagi usahalagi. Santai saja kerjanya, tidak usah ngoyo’. Yang penting itu memang mendekat kepada pengeran, karena memang dia Dia yang memberi. Kadang orang itu salah: mencari rezeki tapi tidak shalat. Dia tidak tahu bahwa yang memberi rezeki itu Allah, malah dijauhi.
Dalam Surah al-Munafiqun ayat 9, Allah mejelaskan bahwa orang yang lupa pada Allah karena harta dan anak, maka orang itu akan rugi! Rugi di akhirat pasti, di dunia bisa jadi. Ini kalau melihat dari kaca mata agama. Selain itu, yang menerangkan masalah dzikrullah ini juga selalu dibaca oleh Mas Sholeh Abd. Haq saat ngimami shalat Subuh pada hari Jumat (QS. Jumu’ah: 09-10). Jadi, cari kerja tapi tetap haus ingat Allah, pasti akan beruntung. Orang yang salah itu hanya mengandalkan kerja, tapi tidak dzikir pada Allah.
Konsep ekonomi santri seharusnya seperti itu. Bekerja hanya untuk melaksanakan syariat saja, maka harus diimbangi dengan dzikrullah. Yang perlu dicatat, memang jangan sampai menjauh dari Allah. Bagaimana bisa tahu Allah, lah ini malah dijauhi bukan didekati. Orang seperti ini mungkin saja berhasil, tapi bisakah hasilnya itu membuat dia kaya hatinya? Bisa jadi orang itu rumahnya banyak, mobil mewah, tapi tidak bahagia. Sudah jadi raja, istrinya cantik, ada saja yang masih bunuh diri. Karenanya, harus diimbangi denga dzikir.

Penulis: Ali Imron*
*Adalah Pimpinan redaksi Majalah Istinbat

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *