Pada umumnya manusia menghabiskan sepertiga hidupnya dengan tidur. Tidur bukan saja karena kelelahan tapi juga karena kebiasaan dan pola hidup. Dalam Islam tidur adalah suatu rangkaian ibadah yang berkopetensi pahala dengan niatan yang benar dan menjalankan ibadah. Ada kiat-kiat yang dipaparkan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Bidayatu al-Hidayah ketika seseorang hendak tidur. Berikut kiat-kiat tersebut:
Pertama, tidur menghadap kiblat dengan posisi seperti mayit. Hikmah tidur dengan posisi seperti ini agar kita ingat bahwa barangkali Allah I akan mencabut ruh kita pada malam itu. Untuk menyambut hal itu kita harus mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan cara tidak tidur melainkan dalam keadaan suci. Dan, menulis wasiat-wasiat yang kemudian diletakkan di bawah kepala. Tidur dalam keadaan bertobat kepada Allah I dengan meminta ampun untuk tidak bermaksud melakukan perbuatan maksiat. Dan, bermaksud untuk berbuat kebaikan kepada manusia jika Allah I membangkitkan kita dari tidur.
Dengan tidur seperti posisi di atas merupakan sebagai pengingat kita bahwa kita akan diletakkan di kuburan sendirian. Tidak ada seseorang yang menemani kecuali amal yang kita perbuat di dunia.
Kedua, tidak tidur lebih dari delapan jam dalam sehari semalam. Karena sehari semalam hanya terdapat dua puluh empat jam. Maka, cukup bagi kita jika kita hidup selama enam puluh tahun dengan tidur dua puluh tahun. Demikian adalah sepertiga umur kita yang digunakan selama kita hidup di dunia. Sementara kurang tidur juga mempunyai dampak buruk bagi stabilitas tubuh. Seseorang hendaknya mengatur waktu istirahatnya dengan baik. Dengan beristirahat berarti kita memberi asupan bagi kinerja otak. Karena jika otak selalu digunakan tanpa memberikan waktu untuk istirahat maka lambat laun otak kita mengalami degradasi.
Ketiga, membiasakan bersiwak ketika hendak tidur dan bersuci dari hadast. Ini merupakan suatu kebiasaan yang sering dilakukan oleh seorang ulama salaf. Karena diantara faedah bersiwak adalah mempertajam ingatan, mempermudah ruh dicabut dari jasad, dan masih banyak yang lainnya. Setelah bersiwak hendaknya bermaksud untuk menunaikan salat malam. Salat dua rakaat di tengah malam merupakan harta simpanan dari beberapa perbuatan kebaikan. Perbanyaklah dari harta simpanan itu untuk hari di mana kita akan membutuhkannya. Di mana manusia dikumpulkan di padang mahsyar untuk dipertanggungjawabkan amal perbuatannya.
Keempat, membaca doa hendak tidur. Setelah membaca doa tidur membaca ayat kursi, ayat اَمَنَ الرَسُوْلُ sampai akhir surat, surat al-Ikhlas, surat al-Falaq, surat an-Nas, surat Tabarak, dan surat al-Mulk. Barangsiapa yang melakukan hal demikian maka ruhnya akan digiring ke arsy dan dia dicatat sebagai orang yang bersalawat sampai dia bangun dari tidurnya.
Kelima, kontinu dalam melakukan kiat-kiat di atas dalam sisa-sisa umur kita.
Begitulah poin-poin terpenting yang penulis sajikan kepada pembaca agar kita semua mengetahui bahwa Islam adalah agama yang paling respek dalam segala hal seperti halnya proses tidur. Memang tidur adalah metode yang paling mudah. Manusia tidak pernah lepas dari yang namanya tidur. Hanya saja apakah kita sebagai umat Islam sudah mengamalkan tata cara tidur yang telah dianjurkan oleh ulama salaf. Semoga kita semua bisa mengaplikasikan tata cara tidur yang telah dipaparkan oleh Imam al-Ghazali pada kehidupan kita. Amin.
=====
Penulis: M. Saifuddin Ali
Editor: N. Shalihin Damiri
*Artikel ini pernah dimuat di majalah Ijtihad