Diskusi Panel kembali digelar oleh instansi Kuliah Syariah, Ahad (30/12). Acara yang di gelar di ruang Auditorium Kantor Sekretariat Lt, II tersebut mengangkat tema, Aplikatif Qaidah Fikih. Pada kesempatan tersebut, panitia mengundang KH. Muhibbul Aman Aly, staf guru tingkat Aliyah Pondok Pesantren Sidogiri, sebagai pengisi acara.
“Sebenarnya, kalau mau dirunut dari awal, maka ilmu qaidah ini lahir setelah furuk fikih. Jadi pertama itu, nashshus syariat, usul fikih, furuk fikih, baru kemudian kaidah fikih, yang sebenarnya itu sudah dicetuskan oleh syafiiyah sendiri, misalnya beliau menulis dalam kitab ar-risalah,” ujar beliau menjelaskan panjang lebar.
Pada awalnya, pria yang akrab di panggil Gus Muhib ini bercerita, beliau berpikir tidak ada gunanya belajar ilmu usul atau kaidah fikih, karena sudah banyak keterangan yang mengatakan, bahwa hampir tidak mungkin ada mujtahid mutlak setelah Imam Ahmad bin Hambal, “Kecuali mujtahid itu kesiangan,” tutur beliau diiringi gelak tawa perserta. Apalagi kaidah fikih, lanjut beliau, yang lahirnya setelah furuk fikih. Tidak mungkin menggunakan ilmu tersebut sebagai landasan fikih.
“Namun saya baru sadar, mungkin setelah saya Aliyah, bahwa kedua ilmu tersebut sangat berguna, sebagai penguat pada furuk fikih. Saya tegaskan kembali, jangan sekali-kali belajar ilmu Usul atau Kaidah Fikih sebelum Furuk Fikihnya matang,” jelas beliau.
Beliau sangat melarang belajar kedua ilmu tersebut sebelum mumpuni dalam ilmu Furuk Fikinya, lantaran akan mengakibatkan kesesatan ketika mencetuskan sebuah hukum.
===
Panulis: A. Mustaghfiri Soffan
Editor : N. Shalihin Damiri
Berarti selama ini percuma atau sia sia belajar usul fikih atau tidak ada gunanya?