Penulis hebat tidak melulu lahir dari pengetahuan materi dan teori yang kuat. Hal ini diungkap dan dibuktikan oleh Ustaz Alil Wafa (Pimred Sidogiri Media) ketika mengisi acara “Pelatihan Menulis” yang diadakan oleh Badan Pers Pesantren (BPP) pada malam Ahad (26/09). Acara yang bertempat di Balai Tamu ini dihadiri oleh segenap redaksi media Sidogiri.
Di awal penyampaian, Ustaz Alil Wafa mengorek keunikan proses dan perkembangan jurnalistik di Pondok Pesantren Sidogiri. “Dengan memberi amanah, secara tidak langsung Sidogiri ngajari kita nekat,” ungkap Ustaz Alil. “Bayangkan saja, dasar gak ada, teori dan materi tidak punya, modal pas-pasan, kemudian dikasih wadah untuk diisi,” imbuhnya.
Baca Juga: Ust Masyhuri Mochtar Ungkap Keunikan Manajemen Media Sidogiri
Hanya bermodalkan nekat karena harus menjalankan amanah, santri Sidogiri mengasah kemampuannya hingga menjadi penulis hebat. Alasannya simpel, karena dengan diberi amanah kita dituntut terus belajar dan menulis hingga terbiasa. Tak peduli hasil tulisan yang amburadul, sebab tujuan utamanya adalah menjalankan tanggung jawab. Kebiasaan itulah yang kemudian membentuk pola kepenulisan yang apik.
Jangan bosan membaca untuk dipraktikkan dalam bentuk tulisan.
Tidak memiliki teori dan materi bagi kita yang baru belajar menulis bukanlah sebuah aib, justru merupakan suatu kelebihan. Sebab, dengan begitu kita akan lebih berani menulis. Kesalahan memang akan sering dialami, namun hal itu bisa dijadikan pelajaran untuk memperbaiki tulisan. Sementara mereka yang terlebih dahulu dicekoki teori dan materi kepenulisan akan sangat berhati-hati ketika mempraktikkan. “Mindset ‘menulis menakutkan’ itu karena terlalu kaya dengan teori sehingga mereka dituntut menulis dengan bagus. Belum menulis sudah dikekang oleh aturan,” ujarnya.
Setelah pemaparan tentang keunikan sistem belajar kepenulisan di Sidogiri, Ustaz Alil mengisahkan tentang pengalamannya di dunia jurnalistik. Kegigihannya dalam mencari peluang tidaklah nihil. Usaha militan yang dikerahkanpun menuai hasil, dari yang hanya sebagai redaksi pelengkap di mading Himmah hingga mejadi Pemimpin Redaksi di Sidogiri Media.
Baca Juga: Ijazah Muadalah, Apresiasi Pemerintah Kepada Sidogiri
Sebelum menutup wejangannya, Ustaz Alil memberi saran dan cara untuk menjadi penulis hebat, “Jangan bosan membaca untuk kemudian dipraktikkan dalam bentuk tulisan,” tutur beliau. “Ada dua cara membaca. Ada yang hanya sekedar mencari informasi, ada juga yang tujuannya untuk bisa meniru tulisan yang mereka baca,” lanjut Ustaz Alil. “Semua penulis hebat mempunyai ciri khas, pola dan keunikan dalam tulisannya,” ungkapnya. “Kesimpulannya adalah teori bukan segala-galanya. Perbanyaklah menulis, menulis dan membaca,” tutup staf pengajar MMU Tsanawiyah ini dengan senyum semringah.
Penulis: Mohammad Iksan
Editor: Saeful Bahri bin Ripit
Saya bahagia dengan hanya membaca link ini,
yang di kirim teman saya di chattpri, meski saya tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar negri, jiwa saya tersenyum dengan paragraf kesekian yang menyemangati hobi saya ini
subhanallah hebat y
terima kasih atas apresiasinya.
Alhamdulillah…
[…] ke area Pesantren. Sambil menengok keadaan pesantren, dia juga turut mengapresiasi salah satu Majalah Dinding (Mading) Matabaca. Kepala BNPT ini juga memberikan cendera mata dan satu bingkisan yang berisikan […]
[…] penulis besar itu selalu membawa alat tulis termasuk buku harian. Segala apa yang berada dalam pikiran, mereka […]
[…] Baca Juga: Di Sidogiri, Penulis Hebat Lahir dari Nekat […]
[…] seorang penulis, ia harus bisa menyusun hal-hal yang perspektif dan paradigma. Dengan artian tahu terhadap apa yang […]