Kuliah Syariah dalam hal ini Lembaga Penelitian Studi Islam (LPSI) kembali menggelar acara diskusi panel Forum Kajian (FK) Sejarah, Sabtu (14/01). Pengurus memilih Ust. Moh. Yasir sebagai narasumber yang dinilai pakar dalam ilmu sejarah. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh anggota FK dan bertempat di ruang auditorium sekretariat lt II Pondok Pesantren Sidogiri.
Moh. Wildan Husin membuka acara dengan beberapa penyampaian, bahwa distorsi sejarah Islam adalah jalan pintas bagi kaum orientalis untuk menjatuhkan Islam dengan menanamkan keraguan di jantung para pemeluknya.
“Bahkan, kurikulum yang lolos dari sensor dan sudah terdistorsi oleh tangan-tangan oknum lawan Islam berhasil masuk ke tubuh pesantren,” Jelas Ketua Tim Kurikulum LPBAA ini.
Dalam penyampaiannya, Ust. Moh. Yasir menampilkan beberapa sasaran empuk kaum orientalis dalam mendistorsi sejarah, seperti kebenaran Islam, autentisitas al-Qur’an dan Hadis, Kemaksuman Baginda Nabi Muhammad, konflik yang terjadi di kalangan shahabat, penerapan dan relevansi syariat Islam, dan semacamnya.
“Imam Malik telah mewanti-wanti bahwa mereka hanya ingin menjatuhkan dan mendiskreditkan Rasulullah, hanya saja mereka tidak mampu. Jalan mudah yang mereka tempuh adalah mendistorsi sejarah,” ucap Pembina FK Sejarah Senior ini.
Dalam pandangan beliau, sejarah Islam sangat objektif menceritakan apa adanya, lengkap, dan komprehensif. Sepahit apa pun fakta yang terjadi tetap akan tercatat dalam sejarah, hal inilah yang menjadi celah yang dimanfaatkan oleh musuh Islam. Beda dengan sejarah peradaban lain yang kebanyakan ditulis oleh pemerintah pada masanya yang kebanyakan akan selalu terkesan baik sesuai keinginan.
Tujuan dari masifnya distorsi adalah menimbulkan keraguan di hati pembaca sejarah. Kemudian merasa minder dengan agama Islam sendiri, bahkan mirisnya juga turut ikut menghina Islam. “Membaca sejarah butuh data yang valid, cermat, dan kajian yang panjang serta detail,” tambahnya sebelum dibuka ruang dialog bagi audiens.
Penulis: Muhammad Faqih
Editor: Nur Hudarrohman