Syekh Hazim Nayif Thahir dalam kitabnya al-Ajwibah al-Ghazaliyah ‘an al-Asilah as-Shufiyah, pernah ditanya tentang rahasia di balik bolak-baliknya Nabi Muhammad Saw dalam peristiwa isra mikraj.
BACA JUGA:
Tip Mempermudah Hajat di Balik Peristiwa Isra Mikraj
Mufti Palestina tersebut menjawab, “Peristiwa isra mikraj Rasulullah merupakan anugerah paling agung dari Allah yang Mahaagung. Rahasia di balik bolak-baiknya Rasulullah dalam peristiwa tersebut adalah Allah ingin mengobati kerinduan yang berat Nabi Musa kepada Rasulullah yang hanya bisa ditatap di alam barzakh dan tidak bisa melihat hakikatul-hadrah al-Muhammadiyah di alam dunia. Oleh karena itu, tiap kali Rasulullah kembali, Nabi Musa menikmati cahaya Allah dari wajah Rasulullah, karena ketika semasih di dunia Nabi Musa tersungkur jatuh pingsan karena tidak mampu melihat Hakikatul-Muhammadiyah. Sebagaimana firman Allah, surah al-A’raf ayat 143:
فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكࣰّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقࣰاۚ فَلَمَّاۤ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ تُبۡتُ إِلَیۡكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ
“”..Maka ketika Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” (Surat Al-A’raf: 143)
BACA JUGA:
Januari Sejarah Kemenangan Peristiwa Fathu Makkah
Karena faktor tersebut, Allah ingin mengobati kerinduan dan keinginan Nabi Musa untuk melihat Allah. Dalam rangkaian ayat di atas, Nabi Musa memiliki keinginan yang kuat untuk melihat Allah yang secara lengkap Allah berfirman:
{ وَلَمَّا جَاۤءَ مُوسَىٰ لِمِیقَـٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِیۤ أَنظُرۡ إِلَیۡكَۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِی وَلَـٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوۡفَ تَرَىٰنِیۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكࣰّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقࣰاۚ فَلَمَّاۤ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَـٰنَكَ تُبۡتُ إِلَیۡكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ
Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu,gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” [Surat Al-A’raf: 143]
BACA JUGA:
Bertahun-Tahun Tidak Shalat
Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan bahwa, “Melihatku dengan mata telanjang di dunia, aku khususkan untuk satu orang yang sangat aku cintai.”
Nabi Musa berkata seraya meminta, “Jadikan aku orang tersebut wahai Allah.” Spontan, Allah kemudian menampakkan zat-Nya dengan cahaya Hadrah al-Muhammadiyah, sedangkan Nabi Musa tidak mampu menatap cahaya tersebut lalu jatuh tersungkur. Karena itulah, bolak balik Nabi Muhammad antara Allah dan Nabi Musa sebagai bagian dari memenuhi kerinduan Nabi Musa.
Al-Ajwibah al-Ghazaliyah ‘an as-Ilah as-Shufiyah, (Hal. 169, Juz. I), karya Syekh Hazim Nayif Thahir Abu Ghazalah.
Penulis: Muhammad Faqih
Editor: Muhammad Ilyas