ArtikelUnggulan

Keteguhan Imam Ahmad bin Hanbal di Bawah Kediktatoran Dinasti Abbasiyah

Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal al-Adnani as-Syaibani atau lebih fenomenal dengan nama Imam Ahmad bin Hanbal. Di zamannya, beliau terkenal sangat wara dan zuhud, paling konsisten dalam menjaga hadis-hadis nabi. Dari goresan tinta Imam Ahmad banyak karya yang dihasilkan dan yang paling monumental adalah kitab “al-Musnad”.

Abu Zara’ah berkomentar tentang beliau, “Imam Ahmad termasuk ulama yang berhasil menghafalkan satu juta hadis. Setelah Imam Ahmad wafat, aku mengumpulkan kitab-kitab beliau yang semuanya dibawa dengan wadah besar yang dibawa unta, semua kitab tersebut beliau hafal di luar kepala.”

Imam Ahmad bin Hanbal merupakan ulama yang sangat berpegang teguh kepada agamanya dan sangat menjaga akidah Ahlusunnah wal Jamaah. Terkait keteguhan tersebut, Imam Ibnul Madini berkata, “Sesungguhnya Allah memuliakan Islam dengan dua lelaki; Abu Bakar pada saat orang-orang Islam murtad dan Imam Ahmad bin Hanbal di hari mihnah.” Beliau menututi masa kediktatoran tiga penguasa dari dinasti Abbasiyah yang semuanya mendukung berkembangnya akidah Muktazilah; al-Makmun, al-Muktashim, dan al-Watsiq. Banyak ketidak adilan yang beliau alami, seperti dipukul, dipenjara, diasingkan, dan dideportase. Semua kekejian yang beliau terima dari penguasa diktator tersebut tidak berpengaruh apa pun terhadap keteguhan beliau dalam menjaga gamanya.

Habis gelap terbitlah terang. Masa kediktatoran Abbasiyah dan pesatnya akidah Muktazilah kemudian pudar. Al-Muatwakkil tampil sebagai penguasa baru. Di bawah kekuasaan al-Mutawakkil akidah Ahlussunnah wal Jamaah semakin berkembang pesat. Namun, ujian tetap hadir di kehidupan Imam Ahmad bin Hanbal. Hanya saja, di bawah kepemimpinan al-Mutawakkil, Imam Ahmad diuji dengan kemuliaan, pengagungan, dan dibentangkannya dunia di hadapan beliau. Kemewahan dan kemegahan yang beliau terima tak sedikitpun mampu menggoyahkan keimanan dan keteguhan beliau.

Imam Ahmad banyak menjelajahi tempat-tempat dalam mencari ilmu, seperti Kufah, Bashrah, Makkah, Madinah, Syam, dan Yaman. Beliau lahir pada tahun 164 H dan wafat di kota Baghdad pada tahun 241 H.

Penulis: Muhammad Faqih

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *