SejarahUnggulan

Kisah Al-Qaffal; Umur Tua Bukan Penghalang Mencari Ilmu

“Al-Qaffal” merupakan julukan untuk Syekh Abu Bakar Abdullah bin Ahmad bin Abdillah al-Qaffal as-Shaghir al-Marwazi al-Khurasani. Ia merupakan ulama cerdas madzhab Syafi’i, yang dikenal alim, saleh, sabar, zahid, dan wara’.

Sejak kecil waktunya dihabiskan untuk bekerja, dengan keahliannya membuat gembok, “Qaffal”. Berkat ketekunan dalam membuat gembok, menjadikannya terbilang mahir dan terampil, hingga bisa memproduksi gembok dengan alat buatannya sendiri. Profesi tersebut menyebabkaan banyak goresan luka di tangan beliau. Abu Muhammad berkata, “Al-Qaffal pernah memperlihatkan tangannya kepadaku. Di telapak tangannya terdapat banyak bekas luka. Al-Qaffal berkata, ‘Bekas luka ini adalah bekas pekerjaanku (membuat gembok) ketika muda’.”

BACA JGA:

 Sejarah – Pondok Pesantren Sidogiri

Profesi tersebut terus beliau tekuni sampai usia 30 tahun. Di waktu inilah, beliau mulai merasakan telah menyia-nyiakan kecerdasan yang dianugerahkan Allah kepadanya. Dengan tekad bulat beliau memutuskan untuk menggunakan kecerdasannya dalam hal yang bermanfaat untuk agama. Al-Qaffal kemudian berhenti dari profesinya dan mulai menekuni ilmu-ilmu agama.

Uniknya, al-Qaffal belajar ilmu agama dari titik nol. Abu Muhammad berkata, “Aku mendengar al-Qaffal berkata, ‘Pertama kali belajar ilmu agama, aku tidak bisa membedakan kata ikhtashartu dengan ikhtasharta’. “

BACA JUGA:

Bedah Buku Prof. Ahmad Baso; Urgensitas Historiografi dalam Sejarah

Meski telah berusia 30 tahun, al-Qaffal tetap semangat dalam menuntut ilmu. Mulanya ia belajar fikih kepada Bu Zaid Muhammad bin Ahmad bin Abdillah al-Fasyani al-Marwazi. Dengan kesabaran sang guru dalam mendidik al-Qaffal, akhirnya al-Qaffal tampil dengan penguasaan ilmu yang hebat. Al-Qaffal tumbuh sebagai pribadi yang alim, berpengaruh, tumpuan pencari ilmu, dan guru besar penduduk Khurasan.

Al-Qaffal merupakan pribadi cerdas, shaleh, hafiz, alim, sabar, zuhud, dan warak. Dari tangan terampilnya dalam mendidik, muncul ulama-ulama hebat, seperti Abu Ali Husain as-Shinji, Qadhi Husain bin Muhammad, Abu Muhammad Abdullah bin Yusuf bin Abdillah al-Juwaini (Ayah Imam Haramain).

Al-Qaffal wafat pada bulan Jumadal Akhir, tahun 417, di Merv, Irak. Saat itu usia beliau menginjak angka 90 tahun. Sebelum meninggal dunia beliau menyempatkan untuk menulis sebuah buku, Syarh kitab Furu’ karya Abu Bakar Muhammad bin al-Haddad al-Mishri.

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *