BeritaUnggulan

Kiai Qoimuddin Tekankan Semangat Belajar dalam Pembukaan Rohah Milad 287

Malam Senin (18/02) Panitia Milad PPS ke-287 dan Ikhtibar MMU ke-88 dalam hal ini Sie. Daurah dan BMW menggelar pembukaan Daurah Ilmiah dan pembukaan Rohah, di masjid jamik PPS. Daurah ilmiah ini mengusung tema “Pesantren Salaf Dalam Pusaran Pembaharuan Islam; Harapan dan Tantangannya”.

Hadir sebagai narasumber, K.H. Qoimuddin selaku Dewan Pakar Annajah Center Sidogiri (ACS). Turut hadir, Mas Abd. Djalil Shalahuddin, Ketua Milad ke-287 PPS dan Mas. Jibril Nawa, Wakil Ketua Milad.

BACA JUGA:

Daurah Ramadhaniyah Lillughah al-Arabiyah Bersama LPBA Sidogiri

Pada acara ini, panitia sekaligus meresmikan pembukaan rohah dengan pembacaan mukadimah kitab Bayanu Fadli Ilmis-Salaf ‘Ala ‘Ilmil-Khalaf karya Syekh Abdurrahman Ibnu Ahmad Ibnu Rajab al-Baghdadi al-Hanbali. Rohah akan dilaksanakan secara serentak di masing-masing asrama santri yang dipandu oleh kepala daerah.

Dalam sambutannya, Mas. Djibril Nawa Wakil Ketua Milad, mengungkapkan betapa pentingnya program rohah, “Acara rohah ini merupakan program baru dalam milad kali ini. Tujuannya adalah sebagai tambahan koleksi kitab dan tambahan ilmu baru bagi santri. Nanti, saat penutupan rohah kitab yang akan dikupas tuntas adalah kitab Kifayatul-Mustafid Lima ‘Ala Minal Asanid karya Syekh Muhammad Mahfudz bin Abdullah at-Tarmasi yang akan dinarasumberi oleh Gus. Shalahuddin Munshif,” jelasnya.

Dalam pemaparannya, K.H. Qoimuddin menjelaskan bahwa keberadaan kita sebagai santri di Sidogiri yang terbilang sebagai pondok salaf adalah hidayah dari Allah. “Alhamdulillah, kita patut mensyukuri nikmat ini karena pondasi dan sanad keilmuan di sini sangat jelas dan bersambung hingga Rasulullah,” jelas Dewan Pakar ACS tersebut.

BACA JUGA:

Daurah Annajah Ramadhan

Selain itu, staf pengajar MMU Aliyah tersebut memotivasi para santri agar terus bermujahadah. “Dulu, di Sidogiri itu sempat dilarang muthalaah karena kalau santri dulu belajar itu lupa terhadap waktu; lupa shalat, makan, dan tidur. Bahkan ada yang sampai tembus tiga hari. Oleh karena itu, budaya salaf harus kita pertahankan di era sekarang.”

Mengenai tantangan yang mulai gencar di tengah-tengah kita, Kiai Qaimuddin menyebut bahwa bentengnya adalah dengan menguasai alat-alat dari keilmuan ulama salaf. Beliau juga juga mengutip perjalanan ilmiah K.H Cholil Nawawie.

BACA JUGA:

Daurah Ilmiah, Sejarah Keilmuan Islam hingga Tantangan Akhir Zaman

“Dulu, saking patengnya K.H. Cholil Nawawie ngaji di pagi saja beliau membacakan lima kitab kepada santri. Oleh karena itu, setelah kalian menguasai pelbagai keilmuan maka kamu akan memiliki filter yang dapat membedakan antara mana yang benar dan salah,” tambahnya di akhir acara.

Penulis: Muhammad Faqih
Editor: Muhammad Ilyas

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *