Jum’at (01/08), Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri menerima kunjungan tamu mulia, Prof. Dr. Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun. Rektor Ahqaff University, Mukalla, Hadhramaut, ini didampingi oleh K.H. Qoimuddin dan Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas.
Kunjungan yang dikemas dalam acara daurah ilmiah dengan judul “Jihad Digital Kaum Santri: Antara Peluang dan Tantangan”, ini bertempat di Masjid Jamik Sidogiri. Adapun peserta daurah adalah segenap staf pengajar Madrasah Miftahul Ulum, dan warga asrama khusus bahasa Arab.
Dalam penyampaiannya, Habib Abdullah Baharun menginformasikan data presentasi tertinggi negara aktif pegiat media sosial. Disebutkan bahwa 70% persen warga Indonesia adalah pegiat aktif medsos, dan ini melampaui Afrika, Brasil, dan Malaysia.
Berangkat dari hal itu, Rektor Ahqaff University ini menegaskan bahwa di balik platform media yang disediakan dalam handphone tersebut, ada perusahaan-perusahaan digdaya yang omset kekayaannya lebih tinggi dua kali lipat dari semua aset minyak milik Arab Saudi.
“Jika dibandingkan, perusahaan Microsoft (+3 triliun dolar) lebih tinggi dua kali lipat dari semua aset minyak Arab Saudi,” tutur beliau.
Beliau mengungkapkan cara perusahaan tersebut bisa meraup omset setinggi itu, dengan memanfaatkan manusia dengan mencari data dan informasinya. Setelah itu, informasi diserahkan ke rezim negara yang bersangkutan.
“Secara tidak langsung, kamu adalah budak yang melayani keinginan mereka.”
Lebih lanjut, beliau memaparkan motif dari perusahaan medsos dalam memperdaya umat Islam. Salah satunya dengan menyediakan platform media secara gratis.
“Tapi jangan senang dulu. Itu hanya umpan untuk kemudian menjual data-datamu ke negara-negara,” jelasnya.
Karena hal itu, umat Islam mengalami penjajahan digital yang bisa merenggut akidah, hubungan sosial, dan merusak akhlak, seperti keheningan tanpa komunikasi antara anak dengan orang tua.
Dai kelahiran Distrik Sahar, Yaman ini memberikan langkah-langkah agar merdeka dari penjajahan digital. Di antara langkah utamanya, menjaga kebenaran dan mematahkan kebatilan, kesadaran akan bahayanya medsos, lalu memperkuat dunia nyata, serta berusaha memerdekakan diri sendiri serta jalin kekompakan dengan saling berinteraksi.
Di akhir penyampaian, beliau berujar, “Jika kita sadar, bahwa kita yang sedang mengendalikan handphone, bukan dikendalikan oleh handphone, maka itu membuka peluang kita untuk berdakwah.”
Setelah pembacaan doa yang dipimpin oleh Habib Abdulloh Baharun, acara ditutup dengan penyerahan cindera hati oleh Bendahara Umum Pondok Pesantren Sidogiri, Mas Ahmad Sadoellah Abd. Alim.
Penulis: Imam Rohimi
Editor: A. Kholil












