BeritaFeature

Badan Pers Pesantren (BPP) Aktor Utama di Balik Majunya Media Pondok Pesantren Sidogiri

CL3BE0~1 (FILEminimizer)
Fadhilah Zein (Jakarta) di dalam salah satu acara orientasi insan pers yang dilaksanakan oleh BPP

 Kalau negara kita mempunya Dewan Pers yang bertugas untuk mengawasi dan mengontrol perjalanan media-media di tanah air, makaPondok Pesantren Sidogiri (PPS) memiliki Badan Pers Pesantren (BPP) yang juga berfungsi sebagai badan yang mengawasi, mengontrol, dan membimbing perjalan media-media di PPS. Sebab hingga saat ini, jumlah media di PPS sudah berjumlah 18 media. Jumlah yang sangat besar untuk ukuruan media pesantren.

Dari 18 media ini, beberapa di antaranya didistribusikan secara umum kepada masyarakat. Seperti Buletin SIDOGIRI, Majalah IJTIHAD, Buletin IstinbaT, Majalah Laziswa, dan Buletin Tauiyah. Sedangkan sisanya, berupa media dengan format mading dan buletin yang dipublikasikan dan didistribusikan secara terbatas di lingkungan internal PPS.

Banyaknya media yang dimiliki oleh PPS ini, mendorong pengurus untuk membentuk lembaga khusus yang mewadahi media-media tersebut. Maka, didirikanlah Badan Pers Pesantren (BPP) pada 1428-1430 H. Dengan berdirinya BPP ini, maka media-media di PPS tidak lagi bebas terbit sesuai dengan kemauan redaksinya. Tapi media yang mau mereka terbitkan masih harus melalui BPP untuk dikoreksi.

Dalam pengoreksian ini, BPP mengacu pada tiga standar yang wajib dimiliki oleh media PPS. Pertama: Tidak bertentangan dengan paham Ahlussunnah wal Jamaah, baik secara akidah, syariah, maupun akhlak. Kedua: Tidak bertentangan dengan tradisi luhur pesantren yang diteladankan oleh para Masyayikh Sidogiri. Ketiga: Tidak rentan menimbulkan keresahan di masyarakat.

Dengan tiga standar ini, media-media di PPS diharapkan benar-benar menjadi corong dakwah yang efektif di dalam menyebarkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah kepada masyarakat. Selain pula dapat menjadi media yang menjadi penyambung PPS dengan alumni dan masyarakat umum.

Secara umum ada dua tugas utama BPP sebagai payung media-media PPS: Pertama: Mengawasi, mengawal, dan mengarahkan penerbitan media PPS. Pengawasan di sini mencakup pengawasan konten (isi), penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta tampilan desain. Satu hal lain yang juga diawasi adalah kedisiplinan terbit.

Ini dimaksudkan supaya para awak media betul-betul aktif dan serius dalam mengelola media. Media yang tidak disiplin terbit dan pengelolaannya asal-asalan akan mendapat teguran dari BPP, dan bahkan bisa distop terbit. Secara rutin BPP mengadakan koordinasi dengan semua pimpinan redaksi media sebulan sekali.

Mereka diundang untuk diajak sharing, rembuk, dan melaporkan keadaan medianya masing-masing. Sehingga apabila ada keluhan atau masalah, BPP dapat langsung memberikan masukan dan solusi. BPP juga memanfaatkan koordinasi bulanan ini untuk mensosialisasikan program-program yang dimilikinya. Selain itu, BPP juga melaporkan raport dari masing-masing media. 

Kedua: Membina dan mengembangkan media-media di PPS menuju ke arah yang lebih baik. Pembinaan dijalankan dalam bentuk kegiatan pelatihan, evaluasi, dan Orientasi Pers Pesantren . Orientasi Pers Pesantren dilakukan oleh BPP ini biasanya dilaksanakan setiap semester sekali dengan dengan mendatangkan tokoh-tokoh pers Nasional. Program ini wajib diikuti oleh semua redaksi. Sebagai upaya membuka wawasan lebih luas terkait ilmu jurnalistik, juga sebagai perbandingan bagi pengelola media pesantren dengan media arus utama.

Untuk semester I ini BPP telah melaksanakan orientasi pada malam Rabu (24/11) kemarin dengan mendatangkan Faris Khoirul Anam, penulis Fikih Jurnalistik: Etika dan Kebebasan Pers menurut Islam. Di samping BPP rutin mengelar evaluasi terhadap semua media yang sudah terbit. Kegiatan ini digelar setiap sebulan sekali untuk media cetak dan website. Sementara untuk media setingkat mading diadakan dau kali dalam sebulan. Evaluasi ini difokuskan pada dua bagian yaitu meliputi konten (isi) dan design atau tampilan.

Ada empat Dewan Pembina BPP, ditambah satu tim ahli design grafis yang menangani pembinaan ini. Dalam pembinaan, Dewan Pembina di samping untuk mengajarkan tata bahasa yang baik dan tepat, juga memberikan teknik penulisan. Sementara tim ahli design grafis memberikan evaluasi tampilan, meliputi tata letak dan cover sekiranya sepadan dengan isi tulisan yang sampaikan.

______________

Penulis : Kurdi Arifin
Editor: Zainuddin Rusdy

 

Shares:
Show Comments (1)

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *