Artikel

Membangun bukan Memendam

Judul: Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said Aqil Siroj

Penulis: Tim Penulis Pondok Pesantren Sidogiri

Halaman: 204

Penerbit: Sidogiri Penerbit

Peresensi: Muhammad ibnu Romli

Banyak masyarakat salah paham saat buku ini diterbitkan. Tepatnya, dua tahun silam, saat Sidogiri Penerbit menerbitkan buku bantahan kepada Ketua PBNU, KH. Said Aqil Siroj yang berjudul Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said Aqil Siroj. Bahkan, sebagian mereka, ada yang menyatakan bahwa Sidogiri sudah mufâraqah dari NU.

Belum sampai setengah tahun, buku ini sudah dinobatkan sebagai salah-satu buku Sidogiri Penerbit yang menyandang best seller. Di dalamnya berisi sekitar enam koreksi atas pendapat KH. Said Aqil Siroj yang dianggap nyeleweng.

Pertama, membantah pendapat beliau yang menyatakan hadirnya Islam sarat dengan muatan politis Nabi Muhammad SAW yang ingin menguasai Byzantium. Akhirnya, di akhir bab Motif Dakwah Nabi Tim Penulis Pondok Pesantren Sidogiri menutupnya dengan pernyataan sebagai berikut.

“Menyimpulkan bahwa dakwah Rasulullah SAW bernuansa politik kekuasaan sebetulnya adalah pelecehan terhadap Rasulullah SAW, dengan menafsirkan sejarah beliu secara terpisah. Penafsiran materialistik seperti itu sebetulnya adalah ciri khas orientalis dan kaum kafir Quraisy. Sebab membaca sejarah perjalanan Rasulullah SAW tidak boleh dipisahkan dari al-Quran. Demikian puula sebaliknya, menafsirkan al-Quran tidak boleh dipisahkan dari kehidupan Nabi SAW yang membawanya. Pribadi beliau adalah pengejawantahan terhadap kandungan al-Quran yang hidup, sebagai mana kehidupan beliau adalah penjelasan atas kandungan al-Quran.” (hal. 33-34)

Kedua, KH. Said Aqil Siroj memiliki pandangan lain kepada kelompok Jabariyah: 1) Percaya kepada qada’ dan qadar merupakan paham Jabariyah. 2) Sayyidina Mu’awiyah adalah sosok yang mengembangkan Jabariyah untuk melanggengkan kekuasaannya. 3) Hanyalah Jabariyah yang membuat orang Islam tenang alias tidak melakukan perlawanan kepada Sayyidina Mu’awiyah.

Keempat bantahan—atas pandangan beliau di atas—besertakan dalilnya bisa langsung Anda lihat dalam buku ini.

Ketiga, mengenai pernyataan beliau untuk menyukuri lahirnya kelompok Syiah. Hal ini ditolak dengan ‘ibârât yang termuat dalam berapa kitab karya KH. Hasyim Asy’ari.

Keempat, pluralisme agama yang beliau dukung. Kelima, lanjutan pernyataan pluralisme agama yang mengingkari ukhuwah islamiyah. Terkhir, mengenai stereotype syariat Islam. Dan, semua itu dijawab dengan ilmiyah dengan buku ini.

Intinya, semua koreksi di atas sekedar kritik yang membangun Nahdhatul Ulama. Bukan malah merobohkan. Kata Pengantar yang di tulis langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, KH. A. Nawawi Abd. Djalil membuktikan hal ini.

“Yang terpenting bahwa adanya bukunya dilandasi niat yang ikhlas dan tulus untuk tawashau bil-haq. Bukan untuk menjatuhkan, apalagi untuk menimbulkan kebencian dan permusuhan. Kita sudah terbiasa berbeda pemikiran, tapi kita harus saling menghormati satu sama lain sebagai mana teladan yang dicontohkan oleh para ulama salaf terdahulu.” (hal.14).

 

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *