Artikel

Jangan Lupakan Perjuangan Mereka

Ilutrasi: Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno.

Kemerdekaan Indonesia telah menapaki usia ke-73 tahun. Kemerdekaan itu dapat diraih dengan mengerakkkan perjuangan seluruh komponen bangsa, diantara lakon utama dalam mempengaruhi bangsa untuk melawan penjajah saat itu diberi gelar pahlawan oleh pemerintah. Sayangnya ada segelintir lakon utama tersebut tidak ditanggapi oleh pemerintah, padahal andaikan lakon utama tersebut tidak ikut campur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, niscaya Indonesia tetap dijajah hingga saat ini, karena saham terbesar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah mereka yang tidak angkat Pahlawan oleh pemerintrah tersebut. Siapakah mereka?, siapa lagi kalau bukan para Ulama’.

Perjuangan para Ulama’ dalam memerdekan Indonesia banyak sekali, diantaranya dalam salah satu cerita KH. Hasyim Asy’ari sebagai pimpinan tertinggi di Masyumi membuat laskar-laskar Mujahid untuk melawan dan mengusir gerakan Kolonial Belanda saat itu. Diantaranya Hisbullah yang punya semboyan “Ala Inna Hizbullah hum al-ghalibun,” “ingatlah, sesungguhnya golongan Allahlah yang menang” dan laskar Sabilillah yang punya semboyan “Waman yujahid Fi Sabilillah,” “mereka yang berjuang di jalan Allah” dan banyak laskar lainnya, dari sekian laskar tersebut terdapat ribuan bahkan ratusan ribu pejuang bangsa yang dipimpin oleh para Ulama’, selain itu juga tempat markas-markas tersebut berada dalam lingkup pesantren, seperti Pesantren Tebuireng, Sidogiri, Lirboyo dan banyak pesantren lainnya.

Bahkan perjuangan Ulama’ dalam memerdekakan Indonesia itu telah diakui sejak dulu oleh penjajah, sebut saja Thomas S. Raffles, letnan Gubernur EIC yang memerintah pada tahun 1811-1816 di Indonesia, olehnya para ulama’ dikatakan sebagai ‘Pendeta Islam’ itu berkata “karena mereka begitu dihormati, maka tidak sulit bagi mereka untuk menghasut rakyat agar memberontak, dan mereka menjadi alat paling berbahaya ditangan penguasa Pribumi yang menentang kepentingan Kolinial. ‘pendeta Islam’ itu ternyata merupakan golongan yang paling aktif dalam setiap peristiwa pemberontakan.”

Karenanya kita patut mensyukuri atas jasa para ulama’ bukan malah mencomohi para Ulama yang terdzalilmi karena mereka dikatakan alergi terhadap tanah air ini. Kita perlu membenahi sejarah ini, dimana dalam sejarah kini para ulama dikatakan alergi terhadap NKRI, karenanya sejarawan Mansyur Suryanegara berkata “Sejarah Indonesia sama seperti telur mata sapi, ayam bertelur sapi yang punya nama”.

=====
Penulis: Farid Mafluhin
Editor: N. Shalihin Damiri

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *