Membasuh Leher Ketika Wudhu
Okt13

Membasuh Leher Ketika Wudhu

a. Deskripsi Masalah Sering terlihat orang wudhu yang masih membasuh sebagian lehernya. b. Pertanyaan Wajibkah membasuh sebagian leher ketika wudhu? c. Jawaban Tidak wajib dan tidak sunat, bahkan bidah. d. Rujukan وَلاَ يُسَنُّ مَسْحُ الرَّقَبَةِ إِذْ لَمْ يَثْبُتْ فِيْهِ شَيْءٌ قَالَ النَّوَوِيُّ بَلْ هُوَ بِدْعَةٌ وَحَدِيْثُهُ مَوْضُوْعٌ اهـ (فتح المعين,...

Selengkapnya
Air Sedikit Untuk Wudhu
Okt12

Air Sedikit Untuk Wudhu

a. Deskripsi Masalah Setiap orang punya kecendrungan cara wudhu yang berbeda, tergantung situasi dan kondisi. Ketika wudhu lewat kran, biasanya wajah langsung ditengadahkan pada air dengan niat membasuh wajah. Ketika di jeding, biasanya masih mengambil air dari jeding, baik langsung dengan tangannya atau tidak. b. Pertanyaan Apabila berwudhu di jeding dengan menggunakan kobokan apakah wajib niat ightirâf (mengambil air)? c. Jawaban Dalam berwudhu tidak ada kewajiban niat ightirâf. Tetapi, jika airnya sedikit (kurang dari dua qullah) dan berwudhu menggunakan tangan (tanpa alat), maka sebaiknya ada niat ightirâf agar airnya tidak menjadi musta’mal. Sedangkan waktunya niat ightirâf ialah setelah membasuh wajah dan hendak membasuh tangan. d. Rujukan يَنْبَغِيْ لِمَنْ يَتَوَضَّأُ أَوْ يَغْتَسِلُ مِنْ إِنَاءٍ فِيْهِ مَاءٌ قَلِيْلٌ، نِيَّةُ الاِغْتِرَافِ، وَهِيَ قَصْدُ أَخْذِ الْمَاءِ مِنَ اْلإِنَاءِ لاَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ، وَمَحَلُّهَا فِي الْوُضُوْءِ، بَعْدَ غَسْلِ الْوَجْهِ وَإِرَادَةِ غَسْلِ اليَدَيْنِ اهـ (تنوير القلوب,...

Selengkapnya
Terkejut Dapat Membatalkan Wudhu
Okt11

Terkejut Dapat Membatalkan Wudhu

a. Deskripsi Masalah Sulaiman adalah orang yang punya gejala penyakit jantung, sehingga dia mudah terkejut. Suatu ketika ada sesuatu yang membuat dia sangat terkejut, setelah itu dia langsung wudhu. b. Pertanyaan Bagaimana hukum wudhunya orang yang terkejut? c. Jawaban Jika keterkejutannya sampai menghilangkan akal, maka wudhunya batal. d. Rujukan وَزَوَال الْعَقْل أي التَمْيِيْز بِأَيِّ وَجْهٍ كَانَ، فَيَنْتَقِضُ وُضُوْءُ الْمَمْسُوْخِ حِمَارًا مَثَلاً، وَالْمَحْمُوْمِ، وَالْمَصْعُوْقِ، وَالْمَذْعُوْرِ، وَالْمَسْحُوْرِ، وَالْمحبل، لِزَوَالِ تَمْيِيْزِهِمْ اهـ (سلم المناجاة, 10). وَيَنْتَقِضُ مَصْعُوْقٌ، وَمْذُعْوُرْ، ومَسْحُوْرٌ، لِزَوَالِ تَمْيِيْزِهِمْ اهـ (الرياض البديعة مع الثمار اليانعة,...

Selengkapnya
Goreng Tahu Tanpa Dibasuh
Okt10

Goreng Tahu Tanpa Dibasuh

a. Deskripsi Masalah Sudah menjadi tradisi di masyarakat, bila menggoreng tahu, tempe dan lainnya, mereka tidak mencucinya terlebih dahulu, sedangkan tahu dan tempe tersebut tidak diketahui apakah suci atau najis. b. Pertanyaan Sucikah tahu dan tempe tersebut? c. Jawaban Berdasarkan dalil asal, tahu dan tempe tersebut dihukumi suci dan tidak haram untuk dikonsumsi. d. Rujukan اِذَا ثَبَتَ اَصْلُ فِي الحِلِّ اَوْ الحُرْمَةِ اَوِ الطَّهَارَةِ اَوِ النَّجَاسَةِ فَلَا يَزَالُ اِلَّا بِاليَقِيْنِ فَلَوْ كَانَ مَعَهُ اِنَاءُ مِنَ الخَّلِّ اَوْ لَبَنِ المَأْكُوْلِ اَوْ دَهَّنَهُ فَشَكَّ فِي تَنَجُّسِهِ اَوْ مِنَ العَصِيْرِ فَشَكَّ فِي تَخَمُّرِهِ لَمْ يَحْرُمْ التَّنَاوُلُ (اعانة الطالبين,1/105), وكذا في (سراج الطالبين,...

Selengkapnya
Atasi Bahaya Nafsu Dengan Akal
Okt10

Atasi Bahaya Nafsu Dengan Akal

Malam Jumat (08/10) Habib Taufiq bin Abdul Qadir as-Segaf mengupas tuntas perihal nafsu saat mengisi acara pengajian Kitab Hikam karya al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Sebelum masuk pada pembahasan nafsu, Habib Taufiq lebih dulu menjelaskan hubungan nafsu dengan akal dan ilmu, “Jadikan akalmu untuk ilmumu dan jadikan nafsumu untuk akalmu.” Hal ini harus dilakukan, karena nafsu akan sangat nakal jika tidak dikendalikan akal, sementara ilmu juga perlu sebagai peredam akal yang terkadang liar. Kemudian, beliau menyampaikan seberapa bahaya nafsu bagi jiwa seseorang, “Selama nafsu itu masih hidup, maka ia akan menjadi ular yang berbahaya.” “Kita tidak boleh diatur nafsu, tapi kitalah yang harus mengatur nafsu,” seru beliau. Lepas dari kekangan nafsu bukan perkara mudah. Menaklukkannya tidak cukup dengan satu kali usaha. Maka, tidak heran jika Habib Taufiq mengatakan bahwa riyadlah adalah cara terampuh untuk menaklukkannya. Ada tujuh tingkatan nafsu yang diungkap Habib Taufiq secara rinci dan runtut, mulai dari yang terburuk hingga nafsu yang menuntun kita ke surga, yaitu; amarah, lawamah, mulhamah, mutmainnah, radliyah, mardliyah dan kamilah. Hanya nafsu amarah dan lawamah yang terbilang buruk. Keduanya juga sangat akrab dengan manusia. Karenanya, nafsu identik dengan perkara jelek. Sementara, untuk nafsu kamilah hanya orang-orang saleh yang dapat mencicipi dan butuh kesungguhan untuk meraihnya. Penulis: Mohammad Iksan Editor: Saeful Bahri bin...

Selengkapnya