Tertarik dengan Manajemen Perpustakaan Sidogiri, PP Nuris Gelar Kunjungan
Perpustakaan Sidogiri menerima kunjungan empat belas delegasi dari pengurus Pondok Pesantren Nurul IsIam, Antirogo, Sumbersari, Jember. Mereka disambut hangat oleh Pengurus Perpustakaan Sidogiri dan Kepala Sidogiri Penerbit di ruang auditorium Lt. II kantor Sekretariat. Ahad,( 03/12). Para peserta kunjungan berfoto dengan Pengurus Perpustakaan Sidogiri di depan kantor Sekretariat. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka mengetahui manajemen Perpustakaan Sidogiri dan kaderisasi penulis cetak Sidogiri lewat Sidogiri Penerbit.“Kedatangan mereka ke Sidogiri bertujuan untuk mengetahui manajemen Perpustakaan Sidogiri baik cara menarik pengunjung agar ke perpustakaan dan menumbuhkan minat baca untuk pemustaka,” kata Wakil I Perpustakaan Sidogiri, Ust. Jakfar Sodik. Dalam kederisasi penulis, lanjut Ustaz Jakfar, mereka juga ingin mengetahui bagaimana cara menimbulkan keinginan untuk menulis, utamanya di lingkup pesantren. Selain itu, peserta kunjungan juga bersilaturahmi ke Sidogiri, mengingat Pengasuh Nurul Islam Jember merupakan alumni Sidogiri. “Mereka juga ingin mempererat tali silaturahmi ke Sidogiri karena K.H. Muhyiddin Abdusshomad, Pengasuh Nuris, alumni Sidogiri,” ungkap pria yang juga menjadi staf pengajar Idadiyah ini. Pada akhir acara, para peserta juga berkunjung ke Perpustakaan Sidogiri dengan ditemani oleh pustakawan Sidogiri. Di sana mereka melihat langsung tata kelola dan manajemen Perpustakaan Sidogiri. Penulis: Muhammad NovalEditor: Muhammad...
Menjadi Editor Andal, Harus Disiplin dan Konsentrasi
Badan Pers Pesantren (BPP) mengadakan acara kelas menulis bagi redaksi lanjutan, malam Senin (04/12). Acara yang dihelat di ruang auditorium kantor Sekretariat ini, diikuti oleh editor, pemred, dan sekred seluruh media di Pondok Pesantren Sidogiri, baik mading, majalah, buletin dan website. BPP selaku badan yang ditugaskan untuk membina pengelola media, menghadirkan Dr. H. Imron Rosidi, M.Pd, sebagai narasumber. Dalam penyampaiannya, sosok yang produktif menulis buku ini, menjelaskan bahwa menjadi editor andal harus disiplin dan konsentrasi. “Jika Anda menjadi seorang editor, Anda harus menjadwal setiap tulisan yang masuk. Jangan sampai menunda-nunda pengeditan agar tidak banyak tulisan yang menumpuk,” jelas staf pengajar MMU Aliyah ini. BACA JUGA:Tingkatkan Kualitas Terbitan, Sidogiri Penerbit Adakan Pelatihan Tahkik Kitab Menurut Ust. Imron Rosidi, cara memulai menulis ialah terlebih dahulu membaca beberapa jenis tulisan, lalu buatlah kerangka tulisan dan kembangkan kerangka itu. Apabila terjadi kemacetan saat menulis, lakukan lagi pendalaman materi. Jangan melakukan editing saat menulis. Menulislah dengan tidak takut salah. Setelah selesai menulis, lakukan editing dari segi isi, bahasa, dan tanda baca, lalu terbitkan. Tidak hanya itu, penulis buku Menulis Itu Menyenangkan ini, juga memaparkan syarat-syarat menjadi editor yaitu; suka membaca, memahami kata-kata baku,paham tentang penggunaan tanda baca, paham tentang penggunaan ejaan, dan paham kalimat yang baik dan benar. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa yang diperoleh oleh editor adalah kepuasan, reputasi, karier, dan uang. “Oleh karena itu, santri itu harus kaya, karena banyak amal ibadah yang bisa dikerjakan dengan uang, seperti zakat dan haji,” jelasnya. BACA JUGA:Basmalah Tingkatkan Pelayanan dengan Pelatihan dan Sertifikasi Karyawan Terakhir, pemateri berpesan kepada para peserta agar terus berjuang dan belajar, “Tugas kita adalah menanam dan menyiram, dan yang menentukan sukses dan tidaknya adalah Allah,” pungkasnya. Penulis: Ulil AbsorEditor: Muhammad...
Kunjungi Sidogiri, Syekh Dr. Abdul Qadir al-Husain Motivasi Santri Semangat Belajar
“Thalibul-Ilmi harus rela mengerahkan kehidupannya untuk ilmu, rela susah, dan payah. Ulama pengarang kitab-kitab yang kita pelajari telah mencurahkan hidupnya untuk ilmu, karena ilmu adalah anugerah yang paling utama,” pesan Syekh Dr. Abdul Qadir al-Husain al-Asy’ari dalam acara jalsah ilmiah di halaman Daerah B dan K, PPS, Ahad (03/12). Dalam penyampaiannya, ulama asal Syria ini menekankan untuk semangat dalam belajar dan terus bermujahadah. “Kalian harus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan, yaitu kita bisa mencari ilmu. Belajar yang giat merupakan bentuk mensyukuri nikmat tersebut. Ada ulama yang mengarang kitab al-Funun yang besarnya dua ribu jilid, Imam Malik pemilik nadzam Alfiyah tidak duduk kecuali di majelis ilmu dan ibadah. Bahkan ada ulama yang rumahnya di pinggiran sungai Nil, karena semangatnya belajar sampai tidak pernah ke luar rumah kurang lebih dua puluh tahun,” jelasnya. BACA JUGA:Tips Belajar dan Mengaji Ala Syaikh Adham al-Asimi Damaskus Di samping itu, ulama keturunan Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib ini menyampaikan bahwa orang yang berilmu lebih utama daripada orang ahli ibadah. Sembari mengutip kitab Ihya Ulumiddin, beliau menyebutkan bahwa ilmu terbagi menjadi ilmu dunia dan ilmu akhirat. “Ilmu dunia seperti yang kita rasakan di pagi ini, lampu yang menerangi kita, kipas yang memberikan kesejukan, dan mikrofon yang saya gunakan semuanya diciptakan dengan ilmu. Akan tetapi, yang lebih penting adalah ilmu akhirat yang bisa membuatmu bahagia dunia dan akhirat,” pungkasnya. BACA JUGA:Kunjungan Ulama Asal Palestina ke Sidogiri Sebelum acara selesai, beliau mengijazahkan semua kitab yang telah beliau baca dan belajar dari guru-gurunya yang ada di Yaman, Turki, Syiria, Hijaz. Guru-guru beliau di antaranya adalah Syeikh Sa’duddin al-Murad, Syekh Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, Syekh Ibrahim al-Kisai, Syekh Amir Siroj at-Turki, Syekh Ali Jumah, Habib Umar bin Hafidz dan Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki. Penulis: Muhammad FaqihEditor: Muhammad...
Grand Muammar II, MMU A-06 Karanganyar Bawa Pulang Juara Umum
Madrasah Miftahul Ulum (MMU) tingkat Ibtidaiyah sukses menggelar acara Grand Muammar (Musabaqah Antar Murid Ranting) ke-2. Acara kali ini digelar di MMU A-06, Karanganyar, Kraton, Pasuruan, pada Ahad (26/11). Ajang lomba ini diikuti oleh 28 ranting tipe A dan B dengan jumlah 459 peserta. “Madrasah ranting yang ikut serta dalam acara ini ialah 14 ranting terbaik di ajang Muammar IMDA I tipe A (Wilayah Pasuruan) dan 14 ranting terbaik di ajang Muammar IMDA I tipe B (luar Pasuruan),” Ungkap Ustaz Achmad Nawawi, selaku panitia lomba. Selain itu, santri kelahiran Bondowoso ini mengungkapkan bahwa tujuan diadakannya Grand Muammar untuk menjaga semangat belajar murid dan agar terjalin persaudaraan antar murid dan guru ranting. BACA JUGA:Prodo Sapulante dan Karangpanas Juara Umum MUAMMAR Tipe A Setiap tahunnya, MMU Ibtidaiyah menggelar acara Muammar sebanyak empat kali. Dua kali di ranting tipe A, sekali di ranting tipe B wilayah Madura, dan sekali di ranting tipe B wilayah Jawa. “Setelah acara Muammar pada tiap tipe ranting sukses digelar maka yang terbaik dari mereka, akan melaju ke final atau Grand Muammar ini,” tambah sosok yang menjabat sebagai TU Ibtidaiyah ini. Dalam ajang ini, tuan rumah Ranting A-06 Karanganyar berhasil menyabet juara umum setelah berhasil memenangkan empat kategori lomba. Sedangkan juara II didapatkan oleh Ranting B-08 Darul Aitam Surabaya (DAS) dan juara III diraih oleh Ranting B-29 Jorongan Leces. “Juara II dan III sama-sama mendapatkan dua juara. Namun, bedanya B-08 DAS peringkatnya lebih konsisten di rangking atas,” tambah pria murah senyum itu. BACA JUGA:Darul Khidmah Sidogiri, Surabaya Moh. Zubaidi, salah satu peserta dari ranting B-38 Tamansari, Pamekasan, mengapresiasi positif dengan suksesnya acara ini, “Alhamdulillah selama ini Muammar dan Grand Muammar berjalan kondusif lancar tanpa kendala. Semuanya karena landasannya jujur dan adil. Kami dari segenap guru ranting sangat merasa puas dan bangga mengikuti acara tersebut. Semoga terus baik dan lebih baik. Mengikuti grand muammar bagi kami adalah khidmah kepada Sidogiri. Semoga kami juga diakui sebagai santri Sidogiri.” Hal yang menjadi daya tarik tersendiri pada pagelaran Grand Muammar kali ini adalah hadiahnya. Bukan hanya piala, melainkan juga voucher umrah dari pihak Travel1455, yang menjadi sponsor dan partnership resmi acara ini. Penulis: Ulil AbsorPenyunting: Muhammad...
Pengasuh Sidogiri Resmikan Surau DKS Malaysia
Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, K.H. A. Fuad Noerhasan meresmikan Surau Darul Khidmah Sidogiri (DKS) Malaysia, tepatnya di Sungai Chinchin, Pinggiran 1 Gombak Selangor, Malaysia. DKS sendiri adalah merupakan lembaga berbasis pesantren didedikasikan untuk pendidikan keagamaan khusus kalangan kurang mampu. “Alhamdulillah, Surau DKS Malaysia sudah diresmikan oleh Pengasuh Sidogiri, K.H. A. Fuad Noerhasan. Ini merupakan suatu rahmat luar biasa bagi DKS Malaysia. Semoga mendapat barakahnya,” kata Pengelola Surau DKS Malaysia, Ustaz Harun Zaini. Surau DKS Malaysia diresmikan oleh Pengasuh Sidogiri, K.H. A. Fuad Noerhasan. Surau DKS Malaysia yang mulai dibangun sejak 8 Agustus lalu, memiliki 2 lantai. Lantai I dibangun sebagai surau DKS malaysia dan lantai II akan digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. “Gedung lantai I secara resmi sudah rampung dan difungsikan sebagai tempat ibadah serta kegiatan-kegiatan Pengurus Wilayah Ikatan Alumni Santri Sidogiri (PW-IASS) Malaysia. Di lantai II akan ditempati kegiatan belajar mengaji Metode Qur’ani Sidogiri (MQS), tetapi pembangunannya belum selesai,” ujarnya. Menurut Ustaz Harun Zaini, IASS Malaysia juga akan membangun gedung DKS Malaysia sebagai wadah belajar bagi masyarakat kurang mampu. Sementara itu, Wakil Ketua I IASS Kuala Lumpur Malaysia, Ustaz Arfah bin Hosnani berharap agar Surau DKS Malaysia ini bisa memberi manfaat ke IASS dan masyarakat Malaysia secara umum. Sebagai tambahan informasi, saat ini Pondok Pesantren Sidogiri memiliki enam DKS untuk membantu pendidikan anak kurang mampu diantaranya, DKS Bekasi, DKS Surabaya, DKS Lumajang, DKS (khusus) Jember, DKS Kalimantan dan DKS Malaysia. Penulis: Muhammad...
Majelis Milenial II, Dai Ruang Maya Harus Kreatif Berkonten
Buletin Nasyith kembali menggelar acara Majelis Milenial Ke-2 pada Jumat (24/11). Acara ini digelar di aula lt.III gedung Sidogiri Excelent Center. Tema yang diangkat ialah “Dai Ruang Maya” dengan narasumber Habib Ahmad Syauqi bin Muhammad Bafaqih, Nguling, Pasuruan. Moh. Nurus Salam, Pemimpin Redaksi Buletin Nasyith, dalam sambutannya memaparkan bahwa tujuan mengusung tema ini agar para santri, ketika pulangan pesantren bisa menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah. Menyebarkan ilmu yang telah dipelajari selama di pesantren, baik itu berupa perkataan para guru atau kalam hikmah yang ada dalam kitab ulama salaf. “Selain juga menjadi bahan evaluasi bagi mereka dan agar ketika pulangan tidak diisi dengan berlibur serta senang-senang semata,” tutur santri asal Pamekasan ini. Dalam pemaparannya, Habib Ahmad Bafaqih, begitu narasumber dikenal, memaparkan bahwa arti dakwah secara umum adalah mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan. Orang yang mengajak akan mendapatkan pahala yang sama jika orang yang diajak mengamalkan apa yang disampaikan. Mengajak orang lain kepada kebaikan itu bisa menggunakan cara apa pun, seperti berdakwah melalui media sosial. Pemilik akun Instagram @ahmed_bafaqih ini memaparkan bahwa risiko dalam berdakwah itu ialah dimusuhi. Oleh karena itu, jika ada orang yang mencaci atau menampakkan kesalahan kita, baik itu di media sosial ataupun lainnya maka ucapkan terima kasih kepadanya karena telah peduli kepada kita. “Kita jangan sampai merasa baik meskipun orang lain menganggap kita itu baik,” tegasnya. Selain itu, pria kelahiran Malang ini menjelaskan sarana dakwah yang kompeten di masa sekarang ialah media sosial, karena dakwah di media sosial harus kreatif membuat serta memproduksi konten. Begitu juga, dengan melihat momen yang sesuai dengan keadaan. Selain itu, dari kalangan santri masih terbilang minim yang melakukan dakwah melalui media sosial. Pada akhir penyampaiannya, alumni Tarim ini berpesan kepada para peserta bahwa orang yang hendak berdakwah terlebih dahulu mumpuni dalam ilmu agama. Di samping itu, dalam berdakwah harus sesuai kapasitas yang dimiliki. Oleh karena itu, jangan malu untuk mengatakan tidak tahu jika tidak tahu persoalan yang dihadapi. Reporter: Ulil AbshorPenyunting: Muhammad...