Sabtu (19/12) sebanyak 36 orang dari Pondok Pesantren Darul Muttaqien, Parung, Bogor, Jawa Barat study banding ke Pondok Pesantren Sidogiri. Rombongan disambut oleh HA. Saifulloh Naji, Sekretaris Umum, A. Saifulloh Muhyiddin Ketua II, dan Edy Amin SE. Direktur Kapontren Sidogiri,
Ust. Turkaman S.Ag, ketua rombongan menuturkan tujuan study bandingnya untuk mempererat tali silaturrahmi dan sharing. “Pesantren kami baru memasuki usia yang 28 tahun. Masih sangat belia dibanding PPS yang usianya memasuki 279. Sebenarnya apa sih tips agar pesantren yang notabene salaf tetapi terus eksis bidang pendidikan dan ekonomi di kanca nasional?” tutur Turkaman.
Menurut HA. Saifullah Naji, sejak awal berdirinya tahun 1745 hingga kini, PPS tetap eksis dengan kesalafannya. Karakter salaf ini terlihat jelas dari aktivitas pendidikannya. Sistem yang dianut adalah pendidikan tradisional ala pesantren dengan kitab kuning sebagai ruh berfikir dan bertingkah laku, bahkan kitab kuning dijadikan sebagai literatur penting dalam akdemik. Mendekati 99% bahan ajar yang digunakan adalah kitab kuning. Formalitas ijazah tidak begitu penting bagi PPS karena orientasinya murni untuk mendidik santri sebagai ‘Ibadillah ash-Shalihin.
“Namun demikian, Sidogiri tidak lantas menutup diri dengan alat-alat modern, seperti komputer, internet dan buku-buku seperti cerpen dan puisi. Justru keberadaan komputer dimanfaatkan untuk mengembangkan diri dalam menunjang pendidikan santri,” tambahnya.
Selain pendidikan, kemandirian PPS juga diinformasikan. Edy Amin SE, Direktur Sidogiri Mandiri mengungkapan kemandirian PPS salah satunya ditopang oleh Kopontren Sidogiri. “Prinsip kami adalah khidmah lil ma’had,” tukas Edi.
===
Penulis : Ahmad Hulaifi
Editor : Muh Kurdi Arifin
