FeatureUnggulan

Ngaji Maring Kiai, Mengobati Rindu kepada Masyayikh

Pagi itu suasana pagi hari berbeda dari biasanya. Senyum sumringah terpancar dari wajah ceria para santri. Satu yang ada di pikiran mereka, pagi itu, tepat pada Rabu (07/05), Kiai akan kembali memulang kitab.

Pada waktu yang telah ditentukan, bel-bel di setiap asrama berdenting bersamaan, bersahut-sahutan mengiringi langkah para santri.

Saat itu, ada yang baru terjaga dari tidurnya, mengisi daya agar saat mengaji, kantuk tidak menghampiri. Ada juga yang baru datang dari bilik mandi, membersihkan diri agar segar saat menyambut rawuh Kiai. Bahkan, ada yang sudah duduk rapi, di deretan terdepan, tidak ingin ketinggalan melihat Kiai, karena tahu, memandang orang shalih akan membuat Malaikat berdoa untuk kebaikan mereka.

Bersama-sama, para santri berbaris rapi. Duduk sejajar menghadap ke Surau Daerah H, tempat suci yang dipercaya mengaliri paling banyak barakah Masyayikh. Malahan, saat Habib Umar bin Hafidz rawuh ke Sidogiri, shalat sunnah beliau lakukan di sana, bukan di masjid.

Sembari menunggu rawuh Kiai, para santri tidak berdiam diri. Sebagian dari mereka ramai berdiskusi dalam halaqah, sebagian lain sibuk, mencari batas akhir pengajian Kiai tahun lalu. Tidak sedikit pula, santri yang berdzikir, membaca shalawat, atau sekedar mengobrol, berbagi kisah saat mengaji.

Suasana seketika senyap saat sebuah mobil berjalan dari arah timur. Dengan sigap, semua kesibukan berhenti saat itu juga. Para santri berdiri, memberi hormat pada sosok yang sangat mereka kagumi. Berdiri dan terus berdiri, tidak akan duduk hingga suara Kiai membaca surah al-Fatihah terdengar. Mereka berharap, dengan segala bentuk hormat yang telah dilakukan, Kiai dapat mengakui mereka sebagai Santri Sidogiri.

Penulis: A. Kholil
Editor: Fahmi Aqwa

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *