Di antara amalan yang sunnah dikerjakan pada hari ke sepuluh bulan Muharram adalah puasa Asyura. Jika ditilik dari sisi historisnya, bangsa Arab Jahiliyah telah terbiasa dengan puasa di hari Asyura. Tradisi ini berlanjut hingga Islam datang. Sebelum turun perintah untuk puasa Ramadhan, Rasullullah saw menganjurkan umat Islam agar berpuasa pada hari Asyura ini.
Pada tahun ke-2 Hijriah, setelah turun perintah berpuasa di bulan Ramadhan, anjuran berpuasa di hari Asyura menjadi anjuran yang sifatnya boleh dilakukan dan boleh pula ditinggalkan. Dalam Hadis lain dijelaskan bahwa tradisi puasa Asyura adalah kebiasaan orang Yahudi pada masa Nabi Musa. Oleh karenanya, Rasulullah menganjurkan pula puasa tanggal 9 Muharram (Tasu’a) dalam rangka agar tidak sama dengan kebiasaan orang-orang Yahudi.
Di Pondok Pesantren Sidogiri, tradisi puasa di hari Tasu’a dan Asyura sudah mengakar kuat dan biasa dilakukan oleh santri dalam tiap tahunnya. Seperti Selasa kemarin, (08/01) Kantor Bagian (Kabag) Ubudiyah Pondok Pesantren Sidogiri mengeluarkan selebaran yang berisi himbauan dan panduan puasa Tasu’a dan Asyura kepada semua santri.
Dan seperti yang terlihat dalam gambar, suasana Pondok Pesantren Sidogiri di tanggal 9 dan 10 Muharram semarak dengan santri yang berpuasa. Sehingga, santri yang tidak puasa pun tidak berani makan di depan umum. Dengan kebiasaan positif seperti ini, diharapkan para santri PPS lebih peduli pada sunnah Nabi.
==
Penulis: Moh. Rifqi Al-Mahmudy
Editor: Zainuddin Rusdy