
“Saya mencium aroma yang aneh di sini. Ada sosok yang sangat menyeramkan yang selalu mengikuti Anda”. Mungkin kata-kata ini sudah tidak begitu asing ditelinga kita Sebab acara televisi yang satu ini memang menyajikan tanyangan berbau klenik, khurafat, dan kejadian yang tidak dapat dinalar oleh akal sehat. Dari sebuah relaity show bertajuk “Karma” ini setiap harinya banyak menghipnotis penonton bahkan menjadi trending di lini masa pelbagai platform media social. Meskipun demikian acara yang dipandu oleh Robby Purba sebagai Host dan Roy Kiyoshi sebagai konsultan spiritual menimbulkan banyak kritikan dari banyak kalangan. Masalah hidup seperti yang diangkat dalam acara “Karma” semuanya terkait hal-hal mistis; mulai dari pesugihan, ketindihan jin, susuk, hingga pemujaan setan. Roy kiyoshi sebagai Ghost Whisperer yang bisa ‘mencium’ dan melihat makhluk halus di sekitar akan memberikan solusinya.
Buya Yahya pernah ditanya tentang orang yang konon memiliki kemampuan indigo (indra keenam), lalu beliau menjawab bahwa setiap kejadian luar biasa yang dialami oleh seseorang bisa berupa karamah atau istidraj tergantung pada keadaan orang tersebut. Bila orang itu beriman dan bertakwa maka bisa dipastikan hal itu sebuah karamah sebagaimana hal-hal yang pernah dialami oleh para kekasih Allah. Namun, bila kemampuan luar biasa itu muncul dari orang yang tidak beriman dan bukan ahli ibadah maka hal ini termasuk kedalam istidraj. Mengenai istidraj seseorang dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa seperti dapat melihat makhluk gaib, mengetahui sesuatu dimasa depan, dapat berjalan diatas air, dll.
Apapun motifnya sinetron “Karma” sangat tidak cocok untuk kalangan awam yang tidak memiliki kemampuan untuk memfilter ‘virus ideologi’ tersebut karena modus yang ditampilkan berjalan masif sesuai dengan alur cerita, terkadang suasana studio berubah mengerikan dengan matinya lampu, pingsannya partisipan, hingga terjadinya kesurupan. Dari sinilah penonton banyak yang terbius dengan sinetron ini sehingga menjadi daya tarik tersendiri dikala menonton.
Maka, konklusinya adalah kita harus objektif dalam menyikapi sebuah realitas dengan analogi yang matang sehingga tidak memberikan celah bagi hal-hal khurafat untuk merusak keyakinan kita kepada tuhan karena kebanyakan orang awam rentan terserang pemikiran yang tidak relevan berdasarkan tradisi keislaman.
Mengenai hukum mempercayai sinetron “Karma” lebih condong pada keharaman dengan meninjau pada gagasan yang tertuang dari alur ceritanya yang syarat akan mistisme dan ramalan. Oleh karenanya kita harus jeli mengawasi setiap tindakan.
*Penulis Dimas Aji,
salah satu redaksi Mading Perpustakaan Sidogiri (Maktabati)