Artikel

Mengenang Kembali Slogan, “Satu Mimpi Satu Barisan”

Sebelumnya kami mohon maaf. Judul di atas seakan-akan kami sok menjadi syarîh (seseorang yang menyarahi suatu karya). Tapi, sesungguhnya kami hanya ingin menganalisa makna tema Milad PPS ke-280 yang bertajuk ‘satu mimpi satu barisan’, dengan pengetahuan yang sangat terbatas. Bukan malah menghakimi makna tema tersebut secara mutlak.
Saat membaca tema tersebut, kami mencium aroma Sidogiri. Karena kami sadar, bahwa tema tersebut adalah tema Milad PPS sendiri. Sehingga sangat tidak masuk akal jika tema tersebut ditujukan pada problem eksternal. Untuk itu, kami lebih cendrung mengaitkan tema tersebut dengan problem internal, yakni Sidogiri sendiri.
‘Satu mimpi’ kami arahkan pada satu harapan masyayikh Sidogiri atau yang lebih sering kita sebut dengan visi dan misi Pondok Pesantren Sidogiri. Karena tidak mungkin pembangunan yang sangat menguras keringat dan pikiran ini dengan tanpa inisiatif.
Kalau kita buka lembaran sejarah, awalnya Sidogiri berupa hutan belantara yang sangat angker. Pembabatan hutan tersebut tidaklah mudah. Mengingat, lawannya bukan hanya pepohonan kokoh dan hewan-hewan buas. Melainkan jin-jin yang sangat ganas. Maka dari itu, pasti ada harapan di balik pembabatan ekstra itu.
Sidogiri mulai dari berbentuk gubuk, hingga beberapa asrama dan gedung berlantai berdiri, tujuannya hanya satu, yaitu mencetak‘ibâdil-Lah ash-shâlihîn. Semua program dan metode dalam pesantren ini tidak akan terlepas dari tujuan itu.
Coba kita amati, Pesantren Sidogiri menyeimbangkan antara kegiatan ubudiyah dan ‘ilmiyah. Beda halnya dengan pesantren lain, ada yang kegiatannya didominasi ubudiyah adapula yang didominasi‘ilmiyah.
Di dalam mencetak‘ibâdil-Lah ash-shâlihîn, kedua kegiatan itu sangat berperan. Kegiatan ubudiyah mendorong para santri untuk menjadi ‘ibadil-Lah yang sebenarnya. Karena jika kita amati secara literal, kata‘ibad adalah kata fleksi dari kata verba ubud. Maka, keduanya sangat berkaitan.
Sedangkan kegiatan‘ilmiyah tak kalah penting dengan kegiatan ubudiyah. Karena jangan harap, sebuah ibadah tanpa didasari ilmu pengetahuan dapat diterima di sisi Allah SWT.
‘Satu barisan’ kami deret pada kesatuan dan kebersamaan para santri dalam meraih mimpi masyayikh Sidogiri dengan menaati tata tertib dan aturan yang telah disiapkan oleh beliau. Hal ini sesuai dengan arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu: kesatuan tentara yang telah disiapkan (untuk bertempur dsb). Karena mimpi masyayikh tidak akan terwujud jika santrinya sering melanggar dan tidak mengikuti ketentuan-ketentuan untuk menjadi ‘ibâdil-lah ash-shâlihîn yang sudah disiapkan oleh beliau. Maka dari itu, syarah ini kami anggap sangat relevan jika dikaitkan dengan problem internal.

Shares:
Show Comments (1)

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *