Rabu (11/03) Perpustakaan Sidogiri resmi dibuka untuk paruh semester kedua pasca ditutup 3 hari guna pendataan koleksi. Bertepatan dengan hal ini, Pengurus Perpustakaan Sidogiri mengadakan Seminar Konsultan Non-Reguler dengan tema “Mengenal Sosialis-Komunis”. Pengurus Perpustakaan Sidogiri mengundang Ust. Abd. Qodir Mahrus, S.Sos, Staf Pengajar Senior MMU Aliyah Pondok Pesantren Sidogiri untuk mengupas tuntas tema ini. Acara dimulai selepas salat Zuhur, pukul 13.30 WIS.
Komunisme bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang diajarkan salaf as-shalih
Komunisme lahir sebagai suatu ideologi untuk menggantikan sistem sosio-ekonomi kapitalis yang dianggap eksploitatif, irrasional dan tidak adil. Kapitalisme mengakibatkan alienasi atau keterasingan kaum buruh. “Maka dari itu, komunisme mendapatkan tempat di hati kaum proletar,” jelas Ustaz yang meringkas kitab sejarah peradaban monumental, Mukaddimah ibn Khaldun ini.
Negara sosisalis merupakan negara yang diatur oleh partai pelopor revolusioner melalui proses sentralisme demokrasi. Ciri dari negara sosialis sendiri dikendalikan oleh partai pelopor, partai kelas buruh, pola pemerintahan diktator dan gerakan di dalam tindakan harus satu kata; apa kata partai komunis. Ini ciri dari negara sosialis-komunis. Alumni Pondok Pesantren Sidogiri ini juga menambahkan, “Seperti kata Lenin, keseragaman dalam diskusi dan kesatuan aksi!”
Sistem ekonomi sosialis itu anti terhadap kapitalis, sistem kepemilikan personal ingin diganti komunal. Orang-orang sosialis-komunis menganggap kapitalisme menciptakan irrasionalitas dan ketidakadilan. Namun, beliau menambahkan bahwa pada teori kita, kepemilikan komunal itu tidak ada bahkan Islam mengajari kepemilikan personal. “Komunisme itu tidak sejalan dengan pemikiran ekonomi Islam!” imbuhnya berapi-api.
Selain itu, beliau memaparkan fase pertumbuhan komunisme di Indonesia. Sekitar tahun 1920, komunis menyusup ke dalam Sarekat Islam (SI). Mengadu domba hingga terpecah menjadi 2; SI Putih dan SI Merah, akhirnya SI Merah inilah yang berganti nama Partai Komunis Indonesia (PKI). Puncaknya, pada masa pasca kemerdekaan mereka melakukan pemberontakan massal, berupa Gerakan 30 September (G30S-PKI).
Sekitar tahun 1920, komunis menyusup dan mengadu domba Sarekat Islam (SI)hingga terpecah menjadi 2 kubu.
Ust Abd Qodir Mahrus
Pada akhir acara, beliau menjelaskan alasan komunisme dilarang di Indonesia. Pertama, bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang berketuhanan, menganut agama atau kepercayaan; Kedua, bertentangan dengan Pancasila sebagai falsafah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Terlebih, karena komunisme itu bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang diajarkan para salaf as-shalih,” tegas beliau kepada ratusan santri yang hadir.
Oleh: Fahmi Aqwa*
*) Penulis adalah Pemred mading Maktabati asal Magelang, Jawa Tengah