ArtikelMaklumat

Taujihat Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri

Mas H. Achmad Sa’dulloh bin KH. Abd. Alim membacakan Taujihat dari Katib Majelis Keluarga dalam pelantikan Dewan Pakar dan Dewan Pertimbangan IASS dan Pengurus Pusat dan Cabang  HMASS

Taujihat Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri dalam Pelantikan Pengurus Wilayah Ikatan Alumni Santri Sidogiri

Ahad, 27 Rabiuts Tsani 1442 H.

Ahad, 27 Rabiuts Tsani 1442 H.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله ، الحمد لله ، والصلاة والسلام على رسول الله ، وعلى آله وصحبه ومن والاه. أما بعد.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala perkenan-Nya mengumpulkan kita dalam barisan khidmah Pondok Pesantren Sidogiri. Salawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, segenap keluarga dan sahabat beliau, segenap keturunan dan para penerus perjuangan beliau hingga hari kiamat nanti.

Saudara-Saudara segenap Pengurus Ikatan Alumni Santri Sidogiri sekalian… Hidup ini adalah perjuangan untuk menjadi orang-orang yang baik. Dan, idealnya, selain menjadi orang-orang baik dalam dirinya, juga sekaligus bisa membawa kebaikan bagi orang lain. Jika belum bisa membawa kebaikan bagi orang lain, maka minimal kita tidak membawa keburukan bagi mereka. Karena itulah, kita berkumpul di sini.

Secara garis besar, ada orang yang mentalitasnya masih berada dalam tingkat dipengaruhi; ada pula yang mentalitasnya sudah berada dalam tingkat mempengaruhi. Orang yang masih berada dalam tingkat dipengaruhi, maka kewajiban dia adalah berkumpul dan berteman dengan orang-orang baik, serta menjauh dari lingkungan yang buruk. Hal itu supaya dia terpengaruh untuk menjadi baik serta terselamatkan dari pengaruh-pengaruh yang buruk. Sedangkan untuk orang yang grade-nya sudah bisa mempengaruhi, maka dia dipersilakan untuk terjun di mana saja untuk mewarnai lingkungan dengan warna-warna kebaikan.

Tujuan Sidogiri mendidik kita adalah agar kita menjadi hamba-hamba Allah yang saleh. Tentu saja, hamba yang saleh itu, bukan sekadar orang-orang yang tekun beribadah, tapi juga orang yang peduli terhadap sekelilingnya. Kitab-kitab kita mengajarkan bahwa agama itu bukan sekadar urusan pribadi masing-masing, seperti yang dihembuskan oleh orang-orang liberal saat ini. Islam memerintahkan amar makruh nahi mungkar. Menyerukan untuk berjuang mengubah keadaan agar menjadi lebih baik, jika kita memiliki kemampuan untuk melakukannya. Fikih kita tidak hanya berbicara mengenai akidah dan ibadah. Tapi, juga mengenai perbaikan lingkungan, ekonomi, politik, dan aspek-aspek sosial lainnya agar sesuai dengan ajaran agama. Maka, di manapun santri berada, apapun profesi dan karirnya, dia dituntut untuk membawa pandangan hidup santri ke sana. Sebisa mungkin berusahalah untuk mewarnai, atau paling tidak, jangan sampai diwarnai.

Nilai-nilai kebaikan yang kita tebarkan di manapun kita berada akan menjadi amal jariyah yang bisa terus tumbuh dalam sepanjang waktu. Kehidupan dunia adalah tempat kita menabur benih itu. Musim hujan kelak akan membuat benih itu tumbuh membelah tanah, tak peduli di manapun tempat menaburnya. Dan, di tempat ini, kita semua sedang diberi peluang untuk ikut menaburkan benih-benih itu.

Kita harus siap lelah. Kita harus siap pahit. Kita harus siap untuk menghadapi tantangan dan godaan.

~ Mas d. Nawawy Sadoellah

Saya yakin, kita sedang dianugerahi peluang untuk terlibat dalam tapak-tapak sejarah yang panjang; untuk menjadi satu anak tangga menuju cita-cita Pondok Pesantren Sidogiri yang sangat tinggi. Kalau kita hidup hanya sekadar untuk mendapat ketenangan dan menikmati kesenangan sendiri, maka hidup ini mungkin akan bisa kita jalani dengan mudah. Makan sampai kenyang, tidur dengan pulas, seraya sekali-kali memenuhi apa yang menjadi hobi dan selera kita. Tapi apalah arti hidup ini, jika kita hidup dengan cara seperti. Tak ubahnya benda mati yang mengikuti arah angin, atau seperti hewan yang mengikuti tuntutan insting.

Para masyayikh telah memberikan teladan yang luar biasa tentang bagaimana kita menjadi pembawa kebaikan bagi umat ini. Kalau beliau-beliau mau hidup senang dan tenang, maka cukuplah semua kelebihan yang beliau miliki untuk hidup dengan penuh ketenangan dan kesenangan. Tapi, tidak! Beliau memilih untuk berlelah-lelah, menahan penat dan letih, melawan bosan dan jenuh, memanggul beratnya wira’i dan kezuhudan, memeras keringat, menitikkan air mata, bahkan meneteskan darah dan mengorbankan nyawa. Untuk apa? Untuk menanamkan kebenaran dan menebar kebaikan serta memberantas kebatilan dan mengenyahkan keburukan.

“Jangan terbiasa menyandarkan keberhasilan sebuah program pada ketersediaan dana dan kecukupan finansial.”

~Mas d. Nawawy Sadoellah

Orang-orang yang berjiwa pejuang, tidak pernah ciut oleh tantangan dan tidak pernah berpikir untuk berdiam diri dan mencari aman. Seperti halnya para sahabat Nabi yang konon justru menangisi dirinya ketika mati di atas ranjang, bukan di medan perang. Maka, sejak detik ini, marilah kita tanamkan dalam hati kita bahwa IASS ini adalah tempat kita mengasah mentalitas dalam berkhidmah pada perjuangan Sidogiri. Kita harus siap lelah. Kita harus siap pahit. Kita harus siap untuk menghadapi tantangan dan godaan.

Satu hal yang harus Saudara-Saudara pahami bahwa Sidogiri tidak pernah melakukan sesuatu secara setengah-setengah. Apa yang sudah ditetapkan sebagai langkah dan misi Sidogiri, selalu kita garap dengan serius, bukan ala kadarnya, bukan sekadar formalitas. Itu tradisi Sidogiri. Oleh karena itu, laksanakanlah program-program IASS ini dengan basis pencapaian tujuan dan target, bukan sekadar terlaksana secara formalitas. Sebuah program bisa dianggap benar-benar terlaksana, bukan sekadar karena program tersebut terselenggara secara fisik, namun yang lebih penting dari itu adalah tujuan dari program tersebut tercapai dengan baik, setahap demi setahap. Hanya dengan itu, apa yang kita lakukan bisa betul-betul menjadi langkah yang efektif untuk mencapai tujuan.

Jangan terbiasa menyandarkan keberhasilan sebuah program pada ketersediaan dana dan kecukupan finansial. Biasakanlah berpikir, bahwa ada dan tiadanya dana tidak akan mempengaruhi semangat kita untuk melangkah dan melaksanakan apa yang menjadi program kita. Jangan pernah berpikir, bahwa ketika tidak ada dana, maka kita tidak bisa berbuat apa-apa. Itu bukan cara berpikir santri. Terlalu bersandar pada dana berpotensi menyebabkan kita untuk mengorbankan prinsip dan melupakan tujuan hanya demi mendapatkan cairan.

Saudara-Saudara segenap Pengurus Ikatan Alumni Santri Sidogiri sekalian… Hari-hari ini kita sebagai santri sedang menghadapi tantangan yang sangat berat. Tantangan yang sudah menyangkut pertarungan pandangan hidup yang mungkin tidak pernah terjadi sebelumnya. Arus publik bangsa kita sedang menggiring opini terjadinya pertentangan antara islamisme dan nasionalisme. Sikap sinis terhadap gerakan keislaman meningkat tajam dalam lima tahun terakhir. Sekat antara satu gerakan dakwah dengan gerakan dakwah yang lain juga menjadi semakin lebar. Fanatisme terhadap baju ormas semakin membabi buta. Sedangkan keteguhan terhadap manhaj semakin memudar dan terlupakan.

“Perbedaan manhaj dakwah harus kita hormati, senyampang pandangan keagamaannya sesuai dengan Ahlussunnah Waljamaah.”

~Mas d. Nawawy Sadoellah

Kita harus super hati-hati dalam menyikapi hal ini. Jangan sampai terikut arus, sehingga melupakan pedoman-pedoman pokok yang telah digariskan oleh para Masyayikh dalam menyikapi persoalan keagamaan dan kebangsaan. Pegang dan sebarkan sikap dan pandangan santri tentang agama dan negara. Bahwa kita harus patuh kepada aturan pemerintah senyampang hal itu tidak bertentangan dengan ajaran agama, karena hukum agama berada di atas hukum negara. Negara diperlukan untuk keteraturan hidup kita di dunia, sedangkan agama untuk keteraturan hidup kita di dunia dan di akhirat. Ajaran agama adalah tujuan, sedangkan negara adalah sarana dan alat untuk mencapai tujuan.

Hormatilah para ulama dan para habaib, dengan segala manhaj dakwah mereka yang berbeda-beda. Perbedaan manhaj dakwah harus kita hormati, senyampang pandangan keagamaannya sesuai dengan Ahlussunnah Waljamaah dan manhaj gerakannya tidak bertentangan dengan pedoman-pedoman syariat.

Sekian sambutan saya, semoga bermanfaat. Selamat mengemban amanah dan melaksanakan tugas. Saudara-Saudara adalah jendela Sidogiri di seluruh penjuru Nusantara. Orang melihat Sidogiri dengan cara melihat alumni-alumninya. Apa yang dilakukan oleh alumni, siapapun itu, sedikit banyak akan membekaskan kesan tentang Sidogiri di benak masyarakat luas. Oleh karena itu, berhati-hatilah, bersungguh-sungguhlah, dan jangan main-main.

Semoga khidmah kita ini bisa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para Masyayikh Sidogiri. Semoga kita bisa menjaga hati, pikiran dan perasaan kita untuk menjaga kemurnian pengabdian kita, sehingga benar-benar bisa menjadi tali penghubungan kita dengan para Masyayikh Sidogiri, khususnya, di hari pembangkitan nanti.

Semoga Allah senantiasa memberi taufik, maunah dan kemudahan dalam segenap urusan kita, baik urusan keluarga, masyakarat, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.

Pasuruan, 26 R. Tsani 1442

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

d. Nawawy Sadoellah

Katib Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri

Shares:
Show Comments (6)

6 Comments

  • Taufiq ms
    Taufiq ms
    19 Desember 2020 at 7:11 am

    Taujihat majlis keluarga membuat hati ini sejuk

    Reply
  • Didi Sunardi
    Didi Sunardi
    19 Desember 2020 at 8:33 am

    Semoga yang mendapat amanah dapat menjalankan amanahnya.
    dan kami semua di akui sebagai santrinya,
    Aamiin…

    Reply
  • Ach Rifai rawie
    Ach Rifai rawie
    19 Desember 2020 at 8:53 am

    Aamiin

    Reply
  • 19 Desember 2020 at 10:02 am

    Taujihad yang sangat menyadarkan

    Reply
  • 19 Desember 2020 at 10:03 am

    Taujihad yang luar biasa

    Reply
  • […] Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri menggelar acara Taujihat Majelis Keluarga untuk semua Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri masa khidmah 1442-1444 H. Majelis Keluarga hadir […]

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *