Sidogiri, 28 Desember 2024 – Pondok Pesantren Sidogiri menggelar kursus Safar yang diadakan di gedung as-Suyuthi lantai II (28-29/12). Acara ini, dihadiri oleh 8 staf pengajar tingkat Aliyah sebagai pembina, diikuti oleh sekitar 600 murid kelas satu Aliyah.
Ust. Baihaqi, salah satu pemateri, mengungkapkan perbedaan pendapat antar mazhab terkait rukhsah (keringanan) dalam pelaksanaan shalat bagi seorang musafir. Menurutnya, masing-masing mazhab memiliki ketentuan jarak perjalanan yang berbeda-beda untuk membolehkan jama’ (menggabungkan) shalat. “Mazhab Syafi’i memperbolehkan jama’ jika jarak perjalanan mencapai 2 marhalah, atau sekitar 81 kilometer. Imam Malik pada jarak yang sama, mengonversi perjalanan sejauh 180 kilometer, sementara Imam Hanafi membolehkan jama’ pada jarak 3 marhalah, atau sekitar 121 kilometer,” jelasnya.
Tak hanya membahas masalah shalat dalam perjalanan, Eks Kepala Madrasah MMU Ibtidaiyah ini, juga menyampaikan sejumlah sunah yang dianjurkan sebelum memulai perjalanan jauh. “Seorang musafir disunahkan untuk melakukan beberapa hal sebagai persiapan, yang pertama adalah shalat istikharah. Jika hati merasa tenang setelah shalat, perjalanan dapat dilanjutkan,” ungkapnya. Selain itu, musafir juga dianjurkan untuk melakukan istisyarah (bermusyawarah dengan keluarga), menulis wasiat, meminta maaf kepada orang-orang terdekat, serta mempelajari rute yang akan ditempuh.
Ust. Baihaqi menambahkan, setelah melakukan semua persiapan ini, disunahkan untuk melaksanakan shalat dua rakaat dengan membaca surah-surah pendek, lalu keluar rumah menghadap kiblat dan berdoa untuk meminta perlindungan kepada Allah. Beliau juga menegaskan, jika sudah memasuki area yang diperbolehkan untuk qasar (memendekkan) shalat, musafir bisa melakukan jama’ shalat yang tertinggal. “Namun, jama’ hanya diperbolehkan untuk shalat yang empat rakaat,” pungkasnya.
Penulis: Waisan A.K
Editor: Nur Hudarrohman
