BeritaUnggulan

Dialog Keilmuan Ahlul Bait: Sidogiri Sambut Studi Banding Lembaga Mufti Negeri Perak Malaysia

Lembaga Mufti Darul Ridzuan Negeri Perak, Malaysia, melakukan kunjungan resmi ke Pondok Pesantren Sidogiri, Ahad (23/11). Kunjungan dilakukan dalam rangka studi banding bertema “Ahlul Bait dalam al-Qur’an wal-Hadits dan Hubungan Ulama dan Habaib.”

Kegiatan yang digelar di Ruang Auditorium Kantor Sekretariat ini disambut oleh Tim Penulis buku “Kiai dan Habaib”, sebuah buku yang diterbitkan oleh Sidogiri Penerbit. Di antara mereka hadir: Ust. Moh. Achyat Ahmad, Ust. A. Muntahal Hadi, Ust. Muzakki Mudzakkir, dan Ust. M. As’ad.

Baca juga: Kunjungan dari Negeri Jiran, Institut Ilmu Darul Makmur Studi Banding ke Sidogiri

Dalam sambutan pembuka, Sahibus Samahah Dato’ Haji Zamri bin Hashim, Wakil Mufti Negeri Perak, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat memperkuat ajaran Islam dan memperluas wawasan keilmuan. Gelar Sahibus Samahah sendiri merupakan gelar kehormatan di Malaysia yang diberikan kepada para pejabat tinggi keagamaan sebagai bentuk penghormatan atas kewibawaan dan keluasan ilmunya. “Kami berharap studi banding ini menjadi pintu kebaikan dan penguat ajaran Islam di tengah masyarakat,” ujar beliau.

Wakil Mufti Negeri Perak menyampaikan sambutan

Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ust. Moh. Achyat Ahmad yang mengapresiasi ketegasan Malaysia dalam menjaga kemurnian akidah umat. Beliau menyebutkan bahwa penyimpangan akidah di Malaysia relatif lebih terkendali dibanding Indonesia. “Saya sangat senang ketika mendengar kabar salah seorang tokoh liberal pernah dilarang mengisi seminar di Malaysia,” tutur penulis buku “Islam 1.0: Dari Keimanan Menuju Peradaban” tersebut.

Semringah: Direkrur ACS tengah memberikan sambutan

Memasuki sesi materi, Ust. M. As’ad sebagai pemateri pertama memaparkan dalil-dalil memuliakan Ahlul Bait dari al-Qur’an dan Hadits. Mengutip penjelasan Ibnu Hajar al-Haitami, beliau menjelaskan bahwa ayat tathir (al-Ahzab: 33), turun sebagai penyucian bagi Ahlul Bait keturunan Sayid Hasan dan Sayid Husain dengan syarat keimanan yang lurus. Wakil II Sidogiri Penerbit ini juga mengulas alasan Sayid Hasan bin Ali mengundurkan diri dari jabatan khalifah karena kondisi politik yang kala itu dipenuhi kezaliman.

Fokus: M. Sa’ad tengah memaparkan materi pertama

Pemateri kedua, Ust. Muzakki Mudzakkir, mengangkat tema hubungan ulama dan habaib. Beliau menuturkan bahwa tokoh-tokoh besar Nusantara seperti Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, Syekh Mahfudz Termas, dan Syekh Nawawi al-Bantani merupakan figur penting yang menyambungkan sanad keilmuan dengan para habaib. Dalam catatan sanad, Habib Salim bin Jindan—ayahanda Habib Jindan, Pengasuh Yayasan al-Fachriyah Tangerang, pernah berguru langsung kepada Syaichona Moh. Cholil Bangkalan.

Baca juga: Pengasuh Sidogiri Resmikan Surau DKS Malaysia

Staf pengajar MMU Aliyah ini juga menegaskan bahwa hubungan antara ulama dan habaib tidak pernah terputus sepanjang sejarah. Beliau menuturkan kisah Zaid bin Tsabit yang memuliakan Ibnu Abbas, Imam as-Syafi‘i ketika sakit pernah meminta doa kepada Sayidah Nafisah binti al-Hasan—seorang wanita shalihah, ahli ibadah, keturunan Rasulullah, dan Imam Ahmad bin Hanbal menerima sanad hadits fadhilah tahlil dari Sayid Ali ar-Ridha bin Musa al-Kadzim dalam perjalanannya di Naisabur, Iran. Bahkan Imam Ahmad mengatakan, “Andaikan kalimat tahlil ini dibacakan kepada orang gila, niscaya ia akan sembuh.”

Akrab: Penyerahan Cindera Hati dari Lembaga Mufti Negeri Perak ke Ponpes Sidogiri

Kunjungan ilmiah ini menjadi ruang dialog keilmuan yang mempererat hubungan antara Sidogiri dan lembaga keagamaan Negeri Jiran, sekaligus memperkaya pemahaman tentang Ahlul Bait, sanad keilmuan, serta hubungan erat antara ulama dan habaib yang terus terjaga lintas generasi.

Penulis: Imam Rohimi
Editor: A. Kholil

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *