SigiGym yang memiliki slogan Sehat itu Pilihan, mengadakan acara bertajuk Ngobrol Sehat Jilid 4 Sabtu (14/02) kemarin. Acara yang digelar di ruang Auditorium Kantor Seketariat Pondok Pesantren Sidogiri ini, sebagai bentuk sosialisasi dan komunikasi antar pengurus dan anggota SigiGym.
Mas d. Nawawy Sadoellah, Wakil Ketua Umum Pondok Pesantren Sidogiri, hadir sebagai pembicara tunggal, dengan didampingi oleh Mas As Mikail. Sementara Ust. Moh. Achyat Ahmad bertindak sebagai pembawa acara.
Sejak awal acara, suasana terasa cair. Sesekali diselingi derai tawa audien. Mas Dwy, begitu sapaan akrab beliau, memaparkan perihal gym dan kesehatan dengan ungkapan-ungkapan segar. Sehingga acara tidak kaku dan tegang. Beliau juga menjelaskan secara gamblang bagaimana seharusnya santri sadar sehat, menjadikan olahraga sebagai kebutuhan dan bukan hanya iseng belaka.
“Apa yang kita masukkan, harus seimbang dengan apa yang kita keluarkan,” terangnya. Hal ini beliau kemukakan, karena melihat kenyataan yang ada, rata-rata tubuh kita lebih banyak menerima energi dan sedikit yang dikeluarkan. Mestinya, energi yang masuk ke dalam tubuh, harus dikeluarkan sehingga menjadi keringat. Salah satu caranya dengan berolahraga. “Habis makan jangan tidur atau melamun!” tandasnya.
Orang sehat, menurut Mas Dwy, pengeluaran keuangannya lebih murah, sebab jarang terkena masalah kesehatan. Beliau lalu mencontohkan pengeluaran Klinik Sidogiri dengan SigiGym. Setiap tahun, Klinik Sidogiri mengeluarkan anggaran sebesar Rp 300 juta, sedangkan SigiGym sejak didirikan hingga kini hanya menghabiskan dana sekitar Rp 400 juta. Dengan demikian, Klinik Sidogiri bisa mengirit anggaran seandainya kesadaran sehat santri sangat tinggi.
“Pikiran yang harus mengatur selera, bukan selera yang mengatur pikiran,” terang Mas Dwy. Apa yang dibahas Mas Dwy pada acara Ngobrol Sehat Jilid 4 kali ini, memang lebih banyak menyinggung gaya hidup santri yang cenderung kurang memperhatikan kesehatan. Beliau juga sangat menyayangkan kebiasaan buruk santri, seperti makan gorengan di waktu pagi dan merokok.
Mas Dwy berharap, olahraga bisa menjadi kebutuhan dan gaya hidup sehat santri. Dengan berolahraga, setidaknya tubuh bisa lebih bugar dan tidak gampang sakit. Dengan demikian hidup menjadi lebih murah sebab jarang berobat.
Beliau juga berharap, suatu hari akan ada kegiatan positif bagi santri, misalnya jalan kaki bersama di pagi hari. Rencana ini juga diamini oleh Kepala Klinik Sidogiri, Ust. Ahyan Fadli yang juga hadir di tempat acara. “Ya sudah kami anggarkan untuk mengadakan jalan kaki dengan jarak tempuh sampai 3 km,” ungkapnya.
Sementara itu, Mas As Mikail lebih banyak bercerita proses pembentukan tubuh. Beliau mengaku butuh waktu selama kurang lebih 6 tahun untuk mendapatkan tubuh ideal dan bisa tahan sakit. Di akhir acara, diadakan sesi tanya-jawab dan kritik-saran, sebagai bahan perbaikan SigiGym ke depannya.
Lucunya dalam sesi tanya-jawab ada salah satu santri yang bertanya bagaimana cara memulai semangat ikut gym lagi yang semula memang tidak aktif. Mas Dwy menganggap pertanyaan semacam itu sudah sangat klise, dan mengundang gelak tawa peserta. Pasalnya Mas Dwy hanya menjawab, “Pengen memulai, ya mulai,” jawabnya secara singkat
Menurutnya, pertanyaan ini tak ubahnya dengan pertanyaan bagaimana pengen berhenti merokok. Lalu beliau bercerita, dulu Almagfurlah Kiai Hasani adalah perokok berat sampai-sampai lagit-lagit ruangannya pekat lantaran asap rokok. Namun, tiba-tiba beliau berhenti, semua keluarganya heran, kenapa beliau bisa berhenti. “Pengen berhenti, ya berhenti” ungkap Mas Dwy menirukan jawaban Kiai Hasani ketika ditanya oleh para saudaranya. [r-dy]