Wakil Ketua Umum

Badan Pers Pesantren

Kilas Balik

Dua puluh lima tahun silam, tepatnya pada era tahun 90-an kegiatan tulis menulis di Pondok Pesantren Sidogiri masih belum menampakkan geliatnya. Saat itu, belum ada santri yang secara resmi menerbitkan karya tulisnya dalam bentuk buku atau kitab, meski ada yang mempublikasikan tulisannya, tapi masih berupa ringkasan singkat pelajaran disiplin ilmu tertentu yang diterbitkan secara tidak resmi. 

Embrio kegiatan tulis-menulis santri Pondok Pesantren Sidogiri mulai menggeliat saat Organisasi Murid Intra Madrasa (OMIM) MMU Aliyah menerbitkan Majalah IJTIHAD pada tahun 1994. Majalah yang terbit tiap semester ini terbit perdana 24 halaman hitam-putih ukuran 16,5 x 21,5 dengan menggunakan cover art paper hitam-putih. 

Berawal dari Majalah IJTIHAD inilah, lambat laun kegiatan tulis-menulis santri mulai berkembang, hingga akhirnya pada masa selanjutnya terbitlah media-media lain dengan segmentasi berbeda.

Dengan geliat jurnalistik yang cukup tinggi, Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri kemudian memandang perlu untuk membentuk badan atau lembaga khusus yang mewadahi media-media tersebut, supaya karya tulis yang dimuat tetap sesuai dengan visi-misi Pondok Pesantren Sidogiri. Maka sejak periode kepengurusan 1428-1430 H, Pondok Pesantren Sidogiri mendirikan Badan Pers Pesantren (BPP).

Media yang menjadi wadah kreatifitas santri dalam bidang tulis menulis yang menjadi tanggung jawab BPP berjumlah 23 media. Ada yang berupa majalah dinding, buletin, majalah, jurnal, koran harian, dan media online. Semua kegiatan penerbitan media ini dikoordinir oleh instansi Badan Pers Pesantren (BPP) dari sisi standar isi, tampilan desain, jadwal terbit, orientasi isi dan segmen pembaca/pasar.

Struktur Kepengurusan

Menampilkan struktur pengurus dengan bentuk bagan sekaligus tugas dan fungsinya

Proses Penerbitan Media PPS

Program dan Kegiatan

No Uraian Kegiatan Indikator
1 Menerapkan standar umum untuk isi media, yaitu: 1) tidak bertentangan dengan paham Ahlussunnah, baik secara akidah, syariah maupun akhlak; 2) tidak bertentangan dengan tradisi luhur pesantren yang diteladankan oleh para masyayikh; dan 3) tidak rentan menimbulkan keresahan di masyarakat. 1) Orang-orang yang dianggap ahli dilibatkan untuk melakukan tashih, jika sewaktu-waktu dibutuhkan; 2) Berubahnya orientasi cerpen media Sidogiri dari kisah percintaan ke kritik sosial;  3) Tidak ada media yang terbit tanpa mendapat rekomendasi dari BPP.
2 Memberikan pengarahan terhadap media-media Pondok Pesantren Sidogiri baik dari segi editing atau tampilan media 1) Masing-masing media memiliki ciri khas desain grafis; 2) Semakin minimnya kekeliruan redaksional; 3) Semua media memiliki pedoman transliterasi yang baku.
3 Mengupayakan agar masing-masing media di Pondok Pesantren Sidogiri memiliki garis umum Seluruh media memiliki panduan umum
4 Memacu kedisiplinan terbit media-media Pondok Pesantren Sidogiri 1) Adanya penghargaan untuk kategori media terdisiplin; 2) Tersedianya kalender terbit dan statistik kedisiplinan media
5 Meminimalisir terjadinya rangkap jabatan redaksional 1) Pengangkatan redaksi harus mendapat persetujuan dari Koordinator Pers Pesantren; 2) Menerapkan aturan: redaksi tidak boleh punya jabatan redaksional inti (Pemred, Sekred, Editor, Desain Grafis/Layouter, Redapel, Redaktur atau Staf Redaksi) di dua media: kecuai: a) Sudah merangkap sejak tahun sebelumnya bila merangkap di dua media saja. Bila tahun lalu merangkap di tiga media, maka yang dimenangkan adalah dua media asal di mana redaksi bersangkutan masuk jajaran redaksioanal untuk pertama kali; atau b) Merangkap di dua media yang dikelola oleh satu instansi, seperti HIMMAH dan IJTIHAD, IstinbaT dan Tafaqquh, MaktabatunA dan Maktabati, serta NASYITH dan KorEksi.
6 Menjalin komunikasi dan sinergi antar pengelola media di PPS.                     1) Mengadakan pertemuan dengan pimpinan media (hari Kamis terakhir setiap bulan) maupun koordinasi dengan seluruh kerabat redaksi (dua kali setahun).   2) Koordinasi ini diisi dengan sharing, rembuk, dan laporan keadaan masing-masing media. Sehingga apabila ada keluhan atau masalah, BPP dapat langsung memberikan masukan dan solusi.   3) Semua redaksi media Pondok Pesantren Sidogiri memiliki kartu pers resmi dari Pondok Pesantren Sidogiri.
7 Melaksanakan pelatihan dan even-even untuk menunjang peningkatan kualitas media Pelatihan meliputi: 1) penulisan berita; 2) penulisan karya ilmiah; dan 3) metodologi dan teknik desain grafis. 4) Ada lomba jurnalistik
  Melaksanakan Bimbingan Melalui Dewan Editor 1). Untuk mengintensifkan program pembimbingan dan pengawasan, BPP membentuk Dewan Editor. Dewan Editor ini berasal dari pengurus BPP sendiri yang dimasukkan ke dalam susunan redaksi media yang bersangkutan. Jadi, satu Dewan Editor bisa menjadi editor tulisan di dua media sekaligus. 2). Dewan Editor tidak hanya bertugas untuk editing tulisan dan setelah itu selesai. Tapi ia juga punya kewajiban untuk mengarahkan dan memberikan pemahaman kepada redaksi tentang sistematika, metedologi, dan manajemen tulisan yang baik. Sekaligus, Dewan Editor ini pula yang melaporkan aktivitas dan perkembangan medianya secara berkala di rapat koordinasi bulanan pengurus BPP. Sehingga dengan manajeman dan prosedur seperti ini, laju media di Pondok Pesantren Sidogiri dapat terkendali dan terarah dengan baik. Sekaligus program pembimbingan kepada penulis-penulis muda dapat terlaksana dengan intensif dan efektif. 
8 Membantu media-media dalam mendapatkan bahan-bahan isi media. Ada database bahan desain sebagai alternatif pilihan ilustrasi.
9 Mengupayakan sertifikasi untuk media Seluruh media cetak Pondok Pesantren Sidogiri memiliki ISSN.
Shares:
Show Comments (3)

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *