ما الشأن في شهود التقصير في التقصير. انما الشأن شهود التقصير في التشمير
“Bukanlah sesuatu yang istimewa jika seseorang merasa bersalah sedangkan dia memang dalam posisi salah. Yang istimewa adalah seseorang yang merasa dirinya keliru padahal dia adalah sosok yang memiliki semangat tinggi dalam kebajikan.”
Seorang hamba yang bermaksiat, kemudian sadar, beristigfar, menangis dan bersujud kepada Allah dalah sesuatu yang wajar. Karena memang hal yang sedemikian itu yang harus dilakukan.
mereka yang melakukan kesalahan, lalu merasa paling rendah ketika berbaur dengan yang lain bukanlah sesuatu yang istimewa. Karena yang luar biasa adalah merasa hina padahal dirinya berada dalam derajat yang tinggi.
Salah satu contoh sosok yang hebat adalah Rasulullah. Sekalipun Allah telah memastikan kesuciannya dari segala dosa, Rasulullah tidak pernah lupa untuk memohon ampun pada Zat yang Maha Pengampun. Bayangkan saja. Sekelas Rasulullah yang sudah mendapat jaminan surga dari Allah, dalam hadits yang diceritakan sahabat Abi Hurairah menyebutkan bahwa istighfar yang dibaca setiap harinya tidak kurang dari 70 kali.
عن ابي هريرة رضى الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول والله اني لاستغفرالله واتوب اليه في اليوم أكثر من سبعين مرة روا البخاري
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali”(HR. Bukhari)
Bahkan dalam riwayat sahabat Aghar bin Yasar al-Muzanni megakatan istighfar yang dibaca Rasulullah tidak kurang dari 100 kali setiap hari.
وعن الاغر بن يسار المزني رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يا ايها الناس توبوا الى الله واستغفروه فاني اتوب في اليوم اليه مائة مرة رواه مسلم
“Wahai manusia! Bertaubat dan beristighfarlah kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari tidak kurang 100 kali” (HR. Muslim)
Melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah, sangat tidak pantas jika kita selalu merasa benar sendiri dan tidak mau menyibukkan hati dan lidah kita untuk beristighfar kepada Allah.
terlepas dari pembahasan di atas. Ada satu model manusia yang tidak memiliki nilai kebaikan sama sekali, yaitu mereka yang berkamuflase. Banyak melakukan dosa tapi berpenampilan seperti orang yang khusyuk dan memakai pakaian orang-orang saleh untuk mengabarkan pada khalayak umum bahwa dia adalah orang saleh. Orang semacam ini tidak jauh beda dengan penipu. Rasulullah bersabda:
من تشبع بما لم يعط كلابس زور
“Merasa puas dengan apa yang tidak ada dalam dirinya adalah bentuk dari penipuan.”
Bedakan antara orang yang meniru penampilan orang yang saleh dengan tujuan berkamuflase dengan mereka yang berjuan untuk menunjukkan rasa cintanya pada orang-orang saleh.
Dari apa yang sudah dibahas, ada tiga golongan berbeda. Dan golongan terbaik adalah merasa hina padahal dirinya berada dalam derajat yang tinggi di sisi Allah.