Artikel

Arogansi dan Kepercayaan Diri

Arogansi dan Kepercayaan Diri
Oleh: Muhaimin El Lawi*)

Sebuah arogansi dan kepercayaan diri sangat kita perlukan dalam mempertahankan sebuah jati diri. Seperti Sidogiri yang dengan kukuhnya terus bertahan dalam jati diri kesalafannya meskipun arus perubahan zaman terus bergerak tiada henti. Namun kita tidak boleh terbelenggu dalam arogansi dan kepercayaan diri yang kaku dan berlebihan. Keadaan dan iklim dunia yang terus bergonta-ganti menuntut kita untuk selalu melakukan perubahan, mengiringi pergerakan dunia yang terus melaju.

Betapa banyak fakta membuktikan, bahwa sebuah arogansi dan kepercayaan diri yang kaku dan berlebihan bisa membawa kita dalam inovator dilemma. Dalam dunia korporasi, banyak perusahaan yang dulunya besar namun akhirnya gulung tikar hanya gara-gara tidak mau berubah, terjebak dalam arogansi dan kepercayaan diri berlebihan atas kebesarannya.

Ponsel Nokia, pada eranya, merupakan perusahaan yang tak tertandingi. Bahkan sempat menyebut android yang muncul sebagai pesaing waktu itu sebagai semut kecil merah yang mudah digencet dan mati. Sehingga Nokia merasa tidak perlu lagi melakukan inovasi menghadapi android. Dalam situasi ini, Nokia mengalami kematian dan tergelatak kaku dalam kesunyian yang perih. Selanjutanya Nokia kolaps dihantam iPhone yang terus melakukan perubahan. Padahal sebenarnya produsen iPhone bukanlah perusahaan telekomunikasi, namun sebuah industri yang bergerak dalam komputer.

Fenomena di atas patut kita jadikan kaca benggala dalam menghadapi arus zaman yang meniscayakan bergonta-gontinya keadaan. Kita hidup di ladang Sidogiri yang tanaman pokoknya adalah akidah dan keluhuran ajaran Islam. Dari luar, Sidogiri tampak sebagai pondok yang gendang ajarannya terdengar begitu membahana dan cukup menggentarkan siapa saja. Sebagai santri dan alumni yang namanya ternisbat pada Sidogiri, tentu akan merasakan kebangaan tersendiri. Dalam berbagai langkah menghadapi era global saat ini, Sidogiri telah memberikan banyak contoh dalam bergerak menghadapi perubahan zaman.

Sidogiri telah mencontohkan sebuah arogansi dan kepercayaan diri yang begitu elegan. Ia teguh dan kukuh berdiri dalam prinsip kesalafannya, namun juga respon terhadap setiap perubahan. Hingga bisa terus berjalan seiring gelombang kehidupan namun tak lepas dari pijakan pokoknya, laksana ikan yang terus berenang mengikuti arus ombak lautan, namun tak pernah membuat ia asin oleh air lautan.

Sebagai santri hakiki yang berprinsip lâ yamîlu yumnatan walâ yusratan, silahkan tinggikan arogansi dan besarkan kepercayaan diri dalam menjaga jati diri. Namun, jangan sampai terjebak dalam kejumudan yang membelenggu, sehingga tergilas oleh arus perubahan yang terus melaju kencang tiada ampun. Arogansi dan jati diri kita jadikan sebagai pengikat sejarah, agar setiap perubahan yang kita lakukan tidak pernah lepas dari garis pondasi awal yang kita bangun berdasarkan prinsip kesantrian. Sebab fleksibel sebenarnya adalah bergerak mengikuti keadaan angin, tapi tidak lepas dari sumbu yang membuat kita terombang-ambing.

*)Penulis adalah alumni Sidogiri yang bergiat dalam dunia literasi pesantren.

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *