Musim kemarau tahun ini, dirasa panjang sehingga cuaca panas melanda di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Pasuruan, Jawa Timur. Menyikapi hal tersebut, pihak Ubudiyah PPS, menggelar shalat Istisqa (shalat meminta guyuran hujan kepada Allah), pada hari Jumat (17/11) kemarin. Shalat Istisqa dilaksanakan pada pukul 10.30 Wis di masjid jamik Sidogiri, serta beberapa daerah pemukiman santri.
Kepala Bagian Ubudiyah, Ust. Syaiful Furqon, mengatakan bahwa sebagaimana diketahui, shalat istisqa adalah shalat sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan pada saat memohon hujan kepada Allah SWT. Kendati demikian, staf pengajar MMU Aliah ini menjelaskan, shalat Istisqa ini juga menjadi nilai pendidikan pada santri sehingga bisa mengamalkan apa yang mereka pelajari.
“Sebenarnya selain itu, tujuan dilaksanakannya shalat ini untuk menanamkan pengamalan ilmu keagamaan yang telah dipelajari oleh para santri, termasuk tentang pengamalan tata cara pelaksanaan shalat istisqa,” jelas santri asal Sampang ini.
Di antara dalil shalat Istisqa ialah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, yaitu;
خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً يَسْتَسْقِيْ فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ بِلاَ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ ثُمَّ خَطَبَنَا وَدَعَا اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَحَوَّلَ وَجْهَهُ نَحْوَ الْقِبْلَةِ رَافِعاً يَدَيْهِ ثُمَّ قَلَّبَ رِدَائَهُ فَجَعَلَ اْلأَيْمَنَ اْلأَيْسَرَ وَاْلأَيْسَرَ اْلأَيْمَنَ.
“Pada suatu hari Nabi Muhammad Saw keluar rumah untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau shalat dua rakaat bersama kita (para shahabat) tanpa azan dan ikamah. Kemudian beliau berdiri untuk khotbah dan memanjatkan doa kepada Allah Swt dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang serbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung serbannya. (HR. Imam Ahmad).
Istisqa untuk meminta hujan kepada Allah tidak hanya dilakukan dengan shalat khusus. Ketika dirasa membutuhkan air, Sunnah Muakkad hukumnya bagi setiap individu untuk meminta hujan, yang pelaksanaanya dengan tiga cara atau tingkat:
(1) Berdoa, baik sendirian atau berjamaah. Doa minta hujan dikerjakan kapan saja, setiap saat, tanpa shalat khusus. Ini adalah cara paling ringan untuk dikerjakan.
(2) Berdoa setelah shalat, baik maktubah atau sunnah, saat khutbah Jum’at, atau setelah adzan. Ini adalah cara Istisqa yang tengah-tengah, yang dikerjakan dengan berdoa di waktu-waktu yang istijabah.
(3) Istisqa yang lebih utama, yaitu dengan cara yang telah ditentukan, yaitu dengan dua khutbah dan shalat dua rakaat. Disunnahkan sebelum shalat istisqa, untuk bertaubat, berbuat baik, meninggalkan kemaksiatan, dan puasa 3 hari sebelumnya.
Ketiga cara Istisqa ini dilaksanakan berulang-ulang sampai Allah menurunkan hujan. Sebuah hadits disebutkan, Rasulullah bersabda:
إنَّ الله تَعَالَى يُحِبُّ الْمُلِحِّيْنَ فِى الدُّعَاءِ
“Sungguh Allah ta’ala itu menyukai orang-orang yang melanggengkan (selalu tetap) di dalam berdoa.” (H.R Thabrani).
Penulis: Ulil Absor
Editor: Muhammad Ilyas