Artikel

Cinta yang Membawa ke Surga

Setiap insan yang hidup di dunia ini pasti merasakan manisnya cinta. Jika pun tidak, bisa dipastikan manusia demikian tidak berakal sempurna. Sebab, selagi masih mempunyai akal yang sempurna, rasa cinta akan tumbuh dengan sendirinya, kendatipun tidak kita inginkan.

Ada banyak sekali aneka ragam cinta. Ada cinta yang membawa bahagia di dunia, ada pula cinta yang mengantarkan kita menuju surga. Di antara sekian banyak bentuk cinta, mencintai orang-orang saleh adalah anugerah yang tak ternilai. Mereka yang memiliki hati bersih, akhlak mulia, dan ketakwaan yang memancar menjadi teladan bagi siapa saja yang mendambakan jalan kebenaran.
Cinta kepada orang-orang yang baik bukan sekadar perasaan, melainkan ikatan yang mampu mendekatkan kita kepada Allah. Betapa banyak orang yang tidak mampu menyamai amal kebaikan orang-orang saleh, tetapi tetap menginginkan kedekatan dengan mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Lalu, bagaimana cinta kepada mereka dapat memberi pengaruh besar dalam hidup kita? Di sinilah Islam memberikan jawaban yang penuh keindahan dan harapan.

Para Sahabat Nabi sangat mencintai satu sama lain dengan cinta yang begitu besar. Di antara mereka ada yang lebih giat dalam melakukan ketaatan dibandingkan yang lain. Namun, mereka merasa khawatir bahwa perbedaan amal tersebut dapat menyebabkan perbedaan pahala yang akhirnya memisahkan mereka di surga. Dalam sebuah yang diriwayatkan al-Imam al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ تَقُوْلُ فِيْ رَجُلٍ أَحَبَّ قَوْمًا وَلَمْ يَلْحَقْ بِهِمْ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

“Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah ﷺ, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang mencintai suatu kaum tetapi belum dapat menyusul mereka?”, Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Terkait dengan hadis ini, menurut al-Imam al-Qasthallani, arti ‘seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai’ adalah berkumpul di surga berdasarkan niat baiknya. Namun, kita tidak boleh tertipu dengan hanya cukup mencintai orang-orang saleh tanpa berusaha meneladani mereka. Cinta yang sejati ditunjukkan dengan mengikuti jejak langkahnya. Hanya saja, meskipun mereka berkumpul bersama di surga, tetapi derajat mereka berbeda-beda sesuai dengan kadar amal ibadah masing-masing.

Dalam hadis ini, Abu Musa al-Asy’ari mengabarkan bahwa sebagian sahabat bertanya kepada Nabi, “Seorang laki-laki mencintai suatu kaum tetapi belum bisa menyamai mereka (dalam amal kebaikan).” Maksudnya, seseorang mencintai orang-orang saleh yang tekun beribadah, tetapi ia merasa tidak mampu beramal seperti mereka dalam kebaikan dan kebajikan. Maka, ia bertanya kepada Rasulullah apa yang harus dilakukan. Nabi pun menjawab, “Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.”

Artinya, tidak perlu khawatir atau cemas. Perbedaan amal tidak akan merugikanmu selama kamu mencintai mereka. Meski kamu tidak bisa menyamai mereka dalam berbuat kebaikan, kecintaan kepada orang-orang saleh akan membuatmu dikumpulkan bersama mereka di tempat yang sama. Namun, tentu derajat kemuliaan tidaklah sama dalam segala hal.

Namun, seorang hamba tidak boleh merasa puas hanya dengan mencintai orang-orang saleh tanpa berusaha meneladani jejak mereka. Jika seseorang benar-benar mencintai orang-orang saleh, maka ia harus membuktikan kecintaannya dengan mengikuti jejak mereka, menjalani petunjuk mereka, dan mencontoh sunah mereka. Seorang muslim hendaknya berusaha keras untuk menjadi bagian dari mereka, menempuh jalan mereka, dan mengamalkan apa yang mereka lakukan, meski dirinya mungkin belum sempurna dalam amal.

Hadis ini juga mengajarkan bahwa keterikatan hati di dunia menjadi sebab dikumpulkannya seseorang bersama orang yang dicintainya di akhirat. Maka, seorang Muslim hendaknya memilih dengan bijak siapa yang ia cintai dan ingin bersama di akhirat kelak.

Oleh karena itu, selektiflah dalam mencintai seseorang. Cintailah orang-orang yang dapat membawamu ke surga, sebab rasa cinta itu kelak menjadi penolong kita di akhirat. Adapun orang yang wajib kita cintai sampai kapan pun adalah Nabi Muhammad ﷺ. Beliau sangat mencintai umatnya. Bahkan saking cintanya, beliau sangat khawatir terhadap keadaan umatnya sepeninggal beliau. Konon kalimat yang diulang-ulang Baginda Nabi ketika menjelang akhir hayatnya adalah ummati, ummati, ummati (umatku, umatku, umatku).

Penulis: Ali Abdillah

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *