Mengaji tentang Isra Mikraj itu tidak sama dengan mengaji lainnya. Hal itu disampaikan Habib Abdurrahman ba Ali, Probolinggo di depan ribuan santri Pondok Pesantren Sidogiri dalam acara Peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW., Selasa (27/07) malam.
Habib Abdurrahman beralasan bahwa memahami Isra Mikraj itu tidak membutuhkan pemikiran akal, akan tetapi menggunakan hati. Peristiwa Isra Mikraj dilampaui Nabi Muhammad dalam semalam dalam keadaan bangun.
“Lafadz Abdu dalam Surat Al-Isra ayat pertama itu menunjukkan jasad Nabi yang diisrakan. Seandainya Isra Mikraj itu dilakukan dalam keadaan tidur dalam ayat tersebut menggunakan biruhi abdihi,” jelas Habib Abdurrahman.
Saat ini, beliau melanjutkan, cendikiawan muslim yang tidak mengerti tentang Isra Mikraj mengatakan bahwa, Nabi Muhammad SAW. ruhnya saja yang berubah menjadi cahaya ketika diisrakan oleh Allah. Kemudian ruhnya Nabi Muhammad diubah menjadi cahaya, karena jika berupa jasad beliau akan hancur.
“Kenapa masih butuh diubah menjadi cahaya. Apakah mereka tidak tahu bahwasanya Baginda Nabi Nurun Fauqo Nurin,” kritiknya.
Habib karismatik ini melanjutkan bahwasannya keimanan akan Isra Mikraj itu merupakan perkara yang penting dan tidak boleh diremehkan. “Bagaimana jadinya bila cendikiawannya saja tidak mengimani peristiwa Isra Mikraj,” lanjut beliau dengan nada bertanya sambil menyebut salah satu penulis buku yang membahas peristiwa Isra Mikraj dengan kacamata sains.
Di akhir acara beliau menghimbau pada santri agar memahami pesan inti yang disampaikan dari peristiwa pada awal mula kelahiran Islam itu, yaitu dengan selalu menjaga salat lima waktu. “Jadi pesan inti yang disampaikan peristiwa tersebut adalah agar kita senantiasa menjaga salat. Salat itu merupakan shilah (penyambung) seorang hamba dengan Allah. Barang siapa memutus salat berarti memutus hubungan denganNya,” tegasnya.[av/Mkt]