Kursus Kaderisasi Annajah tahun ini resmi dibuka Selasa malam (31/09) di lapangan barat Mabna as-Suyuthi. Dihadiri oleh Pimpinan Madrasah, dewan asatidz dan seluruh murid MMU Tsanawiyah. Hadir pula Habib Taufiq bin Abdul Qodir as-Segaf, Pasuruan, sebagai pemberi mawaidul hasanah.
Dalam mawaid-nya, Habib Taufiq menukil dan membahas tiga nasihat yang disampaikan oleh tiga masyayikh PPS. Pertama, beliau membahas nasihat KH. Abd. Djalil bin Fadhil, carilah ilmu dan berusahalah sungguh-sungguh.
“Ilmu ini gak ada batasnya. Karena itu siapa yang mencari ilmu tidak akan bisa berhenti sekalipun di akhir wafatnya,” terangnya. Lebih lanjut, beliau menukil sebuah hadis Nabi Saw, “Ada dua kelompok manusia yang tidak pernah puas. Talibu al-ilmu wa talibu ad-dunya.”
Pertama, orang mencari dunia. Menurut beliau, meski sudah punya banyak harta tidak akan pernah puas, tetapi semakin sibuk dan banyak tuntutan. Makanya, yang membuat manusia berhenti mencari dunia adalah tanah. Karena itu manusia harus tobat dari cinta dunia. Kedua, para pencari ilmu. Di Hadramaut, julukan al-mutabahhir dan al-‘Allamah tidak ada, semua disebut tolibu al-‘ilmi.
“Karena setinggi apapun (status, red) keilmuan seseorang, ilmu itu tetap tak terbatas,” ungkap beliau.
Nasihat kedua adalah milik KH. Noerhasan Nawawie, kalamun qolilun, dzikrun katsirun, sedikit bicara, banyak dzikir. Beliau menjelaskan bahwa, dalam sebuah hadits disebutkan, termasuk fitnahnya orang alim adalah senang bicara dan komentar daripada mendengar.
“Yang banyak bicara biasanya banyak salahnya.” Lantas, apakah bisa hal tersebut diterapkan di jaman seperti sekarang? Beliau menjawab bisa. Tak ada perbedaan antara jaman sekarang dan jaman dulu. Matahari tetap muncul dari timur, jumlah hari tetap sama, “Yang beda itu orangnya,” terang beliau.
Beliau lalu menyitir hadis Nabi Saw, diam itu hikmah, tetapi sedikit yang melakukannya. Intinya hikmah itu apa? Kata Nabi, inti hikmah adalah takut kepada Allah Swt. Jadi, kalau ada orang tambah ilmu dan tambah takutnya, maka dia orang yang diberi hikmah. Untuk mencari ilmu, ilmmu berkata: berikan aku segala-galanya, akan kuberikan kamu sebagian. Maka tidak akan bisa tanpa semangat menguasai ilmu. Jika semangat akan mendapat pertolongan allah.
Terakhir, beliau menyinggung kalam hikmah KH. Muhammad Cholil bin Nawawie, Sidogiri keramat karena tanahnya, bukan karena aku. Lihat saja, kalau aku tidak ada, Sidogiri akan tambah besar. Kalam ini, menurut beliau, mengajarkan tawadu’ (rendah hati). Hal ini menjadi pelajaran bagi para ustad agar tidak merasa telah membesarkan Sidogiri. Akan tetapi sebaliknya, Sidogirilah yang membesarkan para ustad.
“Sesuatu kalau sudah berkah, pantas untuk di-tabarruk-i. Lihatlah Makkah!”
Beliau berharap, para santri meperbaiki niatnya, sebab asal niatnya baik, insyaAllah akan mendapat ilmu manfaat dan berkah Sidogiri. Meskipun berada di tanah berkah jika niatnya kurang baik, menurut beliau, sulit mendapatkan berkah.
“Abu Jahal itu ada di Makkah, tetapi niatnya gak bagus,” pungkasnya.[]
===
Penulis : N. Shalihin Damiri
Editor : Muh. Kurdi Arifin