Berita

Tetesan Air Mata di Malam Wisuda

Wusudawan: KH. Fuad Noer Hasan saat meberikan peng-anugrahan kepada wisuda Tahfidzul al-Quran.

Panggung wisuda kemarin malam (17/8) melibatkan sekian wisudawan dariberbagai kategori. Mulai dari wisuda Tahfizh al-Quran, al-Miftah, Bulughul-Maram, Zubad, Alfiyah Ibnu Malik, ‘Imrithi hingga Maqsud. Kekompakan mulai nampak saat senandung musik dilantunkan bersama, tanpa pemilahan kategori. Dari sl

ogannya saja, “Wisuda Bersama Milad 281” sudah nampak sensasinya.

“Selain karena keterbatasan waktu, yel-yel yang dinyanyikan serentak akan mengundang sensasi kekompakan yang mendalam dari wisuda yang berlatar-belakang berbeda.” Ujar Ust. Jihad Ramadan, tim kreatif wisuda.

Selain senandung, acara ini dilengkapi dengan adanya atraksi tim bambu runcing. Dengan bergaya film ‘kera sakti’, pertunjukan ini memakan perhatian dari segenap penonoton.

“Saya kagum dengan pertunjukan tadi. Kayak lihat film di televisi aja!” Komentar salah-satu penonton dengan terkagum-kagum.

Acara wisuda juga dihangatkan dengan adanya pengalungan serban dari Majelis Keluarga Sidogiri, KH. Fuad bin Noerhasan. Hal ini dikhususkan kepada segenap wisuda al-Quran dan wisudawan

terbaik dari masing-masing kategori. Tak ayal, hadirin yang terdiri dari wali santri terharu saat menyaksikan season tersebut.

“Bagaimana bisa menahan jatuhnya air mata ini, jika melihat anakku dikalungi serban oleh kiai.” Aku salah satu wali santri yang tidak mau disebutkan namanya sambil terisak.

Tidak hanya itu, acara ini juga mencakup demonstrasi dua anak yang terpilih dari masing-masing kategori. Agar demonstrasi ini terkesan jujur, “Kami dari Daerah O mengutus dua anak yang tangkas untuk mewakili semua wisudawan Daerah O. Dan, demonstrasi ini kami buat sejujur-jujurnya untuk membuktikan kualitas program tahfidz Sidogiri kepada wali santri.” Pungkas Ust. Rizal selaku panitia wisuda.

Diawali dua orang dari perwakilan  Daerah O, kemdian disusul dengan kelas khusus Idadiyah yang demonstarinya langsung dipimpin oleh KH. Muhib Amman Aly. Setelah itu baru kemudian dari Idadiyah.

Kesedihan pun muncul saat ada salah satu anggota demonstran didatangi ayahnya. Pasalnya, ibunya meninggal. Kala itu, tak sedikit dari wali santri yang juga meneteskan air mata.

=====

Reporter: Muhammad ibnu Ramli
Editor: Ali Imron

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *