Tips untuk membumikan Ajaran Aswaja Melalui Lisan dan Tulisan ditawarkan oleh Prof. Dr. Habib Muhammad Baharun, SH, MA. Guru besar sosiologi Agama dan ketua Hukum MUI Pusat dalam acara yang dilaksanakan Annajah Center Sidogiri dan Badan Pers Pesantren di ruang Auditorium Lt. II kantor Sekretariat, Rabu [29/01].
Menurut beliau, saat ini semua orang sudah menjadi jurnalis dengan sendirinya. Hal tersebut cukup bermodalkan Handphone yang digenggam ditangan. Tugas santri dan model perjuangan media pesantren saat ini adalah membeli kepercayaan masyarakat.
“Jadi sekarang orang Pesantren sudah ditunggu-tunggu untuk itu. Kita harus perjuangkan,” kata Habib Muhammad Baharun.
Lanjut habib Baharun, juga mengingatkan kepada seluruh pegiat media Pondok Pesantren Sidogiri untuk berhati-hati dalam menggunakan sosial media karena bisa jadi secara perlahan dirinya akan mulai kehilangan jati diri sesungguhnya.
“Thoriqoh salaf yang dipegang oleh Sidogiri kuat, jadi dalam segala hal kita harus berpegang teguh terhadap apa yang sudah ditanamkan oleh kiai dan guru kita,” pesan beliau, yang juga pernah aktif menjadi reporter Majalah Harian Tempo.
Dalam hal aqidah beliau menyebutkan contoh sekte Syiah yang memiliki dua panggung yang harus kita suarakan dan lawan, panggung depan dan panggung belakang. Memang benar dimuka mereka sama dengan kita, mereka Islam, baca syahadat. Tetapi dibalik itu mereka memiliki misi yang sangat berbahaya.
“Kebangkitan itu harus dimulai dari Pesantren. Jangan mau ditimang-timang oleh Hari Santri Nasional.” Tambah beliau.
Acara ditutup dengan pertanyaan dari peserta terkait perkembangan media di Indonesia.
====
Penulis: M Afifur Rohman
Editor: N. Shalihin Damiri