Hampir seluruh hayawanun-nâtiq bertanya, “Apakah gerangan keyword kesuksesan itu?” Pasti, lebih dari 75% orang menjawab “rajin”. Sebab—pepatah Arab mengatakan—al-ajru biqadrit-ta’bi, kesuksesan adalah imbalan jerih payah. Memang, latihan adalah barometer kesuksesan. Sebab—kata Hermawan Aksan—99% yang ikut andil dalam meraih kesuksesan adalah latihan, sedangkan 1% adalah bakat.
Akan tetapi, 25% mengatakan kecerdasan. Sebab, kecerdasan dapat melipat waktu. Jika hanya kerja keras, hasilnya itu-itu saja. Tidak lebih! Sebagaimana kata Ust. Dumairi Nor, cendikiawan ekonomi, “Orang kaya hanyalah orang yang mau kerja cerdas, bukan yang kerja keras”.
Tapi apapun alasannya, keduanya sama-sama penting. Percuma orang cerdas tanpa melakukan usaha sedikitpun. Juga, percuma kerja keras tapi tidak memutar otak sedikitpun. Ingat! Kedua-duanya penting. Akan tetapi ada yang lebih penting lagi, yaitu keyakinan.
Seseorang dapat meraih impiannya hanyalah dengan keyakinan. Keyakinan adalah terjamahan dari bahasa Arab “i’tiqad”. Dari itulah, muncul istilah “tekad”. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI), kata “tekad” diartikan dengan kemauan (kehendak) yang pasti; kebulatan hati; iktikad. Untuk itu, tanpa kemauan yang nyata, rajin dan cerdas tidak ada gunanya. Mengingat, kemauanlah yang dapat mewujudkan segalanya. Hingga meluncurlah pepatah, “Tak ada yang mustahil di dunia ini”.
Selain itu, kata “i’tiqad” bisa di artikan dengan dogmatik. Keyakinan adalah syarat terpenting dalam beragama. Salah dalam menempatkan keyakinan, parah juga akibatnya. Karena, dengan anti dogmatik, seseorang takkan bisa masuk surga. Mengingat, surga adalah tempatnya orang yang yakin pada ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan bekal kecerdasan, seseorang takkan bisa mengenal tuhan. Buktinya, banyak orang IQ-nya tinggi tidak mempercayai Tuhan Yang Maha Esa. Begitupun kerajinan, banyak orang barat bertahun-tahun mencari tuhan, tapi hasilnya sia-sia. Modal pertama dalam menganalisa tuhan adalah “keyakinan”. Tidak ada lain!
Sebagaimana perkataan Abdurrahman ad-Dakhil (Gus Dur), “Kalau ingin melakukan perubahan jangan tunduk pada kenyataan, asal yakin di jalan yang benar”.
Tidak dibenarkan—bagi orang yang ingin berubah—tunduk pada cerdas dan rajin. Sebab, perubahan hanyalah ada pada mereka yang memiliki tekad yang bulat.
Muhammad ibnu Romli/sidogiri.net