a. Deskripsi Masalah
Suatu ketika, salah seorang santri yang ketepatan sedang hadats besar hendak mandi. Karena khawatir rambutnya kena potong oleh pengurus Bagian Ketertiban dan Keamanan, akhirnya ia pergi ke tempat wudhu yang tersedia di Asrama dan mandi separuh badan (bagian atas badan saja). Setelah itu, ia baru meminta bantuan pada seorang temannya untuk memotongkan rambutnya.
b. Pertanyaan
- Bagaimana hukum mandi santri tadi?
- Bagaimana pula hukum pemotongan rambutnya?
- Seandainya ia memotong rambutnya sebelum diba-suh, apakah ia wajib membasuhnya ketika mandi?
c. Jawaban
- Mandinya dihukumi sah untuk anggota badan yang sudah dibasuh saja. Karena muwâlâh (bersegera) dengan meratakan air ke seluruh anggota badan bukan merupakan persyaratan mandi. Namun, sebe-lum mandinya disempur-nakan, dia tidak boleh melaku-kan salat dan larangan-larangan yang lain. Sebab di antara syarat salat adalah harus suci dari hadats.
- Pada dasarnya tidak ada larangan bagi orang junub untuk memotong rambutnya. Hanya saja, orang yang sedang junub disunahkan untuk tidak memotong ram-but atau yang lain sebelum bersuci dari hadats besar.
- Rambut atau anggota tubuh lain yang dipotong sebelum dibasuh atau disucikan dari hadats besar tidak wajib dibasuh kembali ketika mandi.
d. Rujukan
وَلَوْ نَوىَ رَفْعَ الجَنَابَةِ وَغَسَلَ بَعْضَ البَدَنِ، ثُمَّ نَامَ فَاسْتَيْقَظَ وَأرَادَ غَسْلَ البَاقِيْ، لَمْ يَحْتَجْ إلىَ إعَادَةِ النِيَّةِ (قَوْلُهُ: لَمْ يَحْتَجْ إلىَ إعَادَةِ النِيَّةِ) أيْ لِعَدَمِ اشْتِرَاطِ المُوَالاَةِ فِيْهِ بَلْ هِيَ سُنَّةٌ فَقَطْ، كَمَا خَرَّجَ بِهِ فِيْ المَنْهَجِ فِي بَابِ التَّيَمُّمِ. اهـ (إعاَنَةُ الطَّالِبِيْن1/75).
فَإنْ وَضَعَ يَدَهُ فيِ الماَءِ بِنِيَّةِ رَفْعِ الحَدَثِ الأَكْبَرِ، إرْتَفَعَ حَدَثُ يَدِهِ فيِ المَاءِ وَصَارَ مُسْتَعْمَلاً. اهـ (نِهَايَةُ الزَّيْن, 30).
(فَائِدَةٌ) قَالَ فِي الإحْيَاءِ لاَيَنْبَغِي أنْ يَحْلِقَ اوْ يَقْلَمَ اوْيَسْتَحِدَّ اوْيُخْرِجَ دَمًا أوْ يَبِيْنَ مِنْ نَفْسِهِ جُزْأً وَهُوَ جُنُبٌ، إذْ تُرَدُّ عَلَيْهِ سَائِرُ أَجْزَائِهِ فِي الآخِرَةِ فَيَعُوْدُ جُنُبًا وَيُقَالُ أنَّ كُلَّ شَعْرَةٍ تُطَالِبُهُ بِجَنَابَتِهَا. اهـ (إقْنَاع فِي حَلِّ الْفَاظِ أبِيْ شُجَاع, 1/60).
وَمَن لَزِمَهُ غُسْلٌ يُسَنُّ أنْ لاَ يُزِيْلَ شَيْأً مِنْ بَدَنِهِ وَلَوْ دَمًا أوْ شَعْرًا أوْ ضَفْرًا حَتَّى يَغْسِلَ لأَنَّ كُلَّ جُزْءٍ يَعُوْدُ لَهُ فيِ الآخِرَةِ اهـ (نِهَايَةُ الزَّيْن, 33).
وَيَجُوْزُ لِلْجُنُبِ وَالحَائِضِ إِزَالَةُ الشَّعْرِ وَقَصِّ الظَّفَرِ وَالخُرُوجُ إلىَ السُوْقِ وَغَيْرِهِ مِنْ غَيْرِ كَرَاهَةٍ. قَالَ عَطاَء: يَحْتَجِمُ الجُنُبُ، وَيَقْلَمُ أَظَافِرَهُ وَيَحْلَقُ رَأْسَهُ وَإنْ لَمْ يَتَوَضَّأ, رَوَاهُ البُخَارِيُّ اهـ (الفِقْهُ السُنَّة, 65).