Tidak terasa lebih setahun lamanya, murabbi rûhinâ K.H. A. Nawawi Abd. Djalil wafat meninggalkan santri-santrinya. Kendati demikian, agar ilmu dan wawasan K.H. A. Nawawi Abd. Djalil tetap bisa diambil manfaatnya dan tidak lekang oleh masa, Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (HMASS) Mesir berinisiatif mengadakan acara mengaji kitab karya beliau, yaitu al-Ma’man minadh-Dhalâlah di Mesir.

Berawal dari inovasi program kerja HMASS Mesir divisi pendidikan dan pelatihan, pengurus sangat menginginkan bila kajian yang rutin dilaksanakan setiap dua pekan sekali tidak hanya melulu fan Fikih. Lebih penting dari itu, pengurus mengusulkan agar kajian kitab turats melebar pada ilmu Tauhid dan Akidah.
Selain itu, dengan menyebarluaskan karya K.H. A. Nawawi Abd. Djalil dapat memperbarui dan meluruskan niat belajar anggota HMASS yang sedang berada di Mesir serta mengingat kembali keterangan yang pernah disampaikan kiai ketika mereka mondok di Sidogiri. Demikian yang disampaikan oleh Shibgatallah, ketua divisi pendidikan dan pelatihan HMASS Mesir ketika dihubungi melalui pesan WhatsApp.

Demi efektifnya acara, HMASS Mesir berkolaborasi dengan Lembaga Dakwah (LD) PCINU Mesir. Hal itu disebabkan lokasi yang tidak memadai serta tenaga kepanitiaan yang kurang, karena pengajian ini bukan khusus untuk anggota HMASS Mesir, melainkan untuk seluruh mahasiswa Indonesia dan Mesir (masisir) dengan jumlah kuota 80 orang.

Terkait kolaborasi ini, keinginan HMASS Mesir direspon baik oleh PCINU Mesir sekaligus mendapatkan apresiasi khusus. Ahmad Rikza Aufarul Umam, Lc., Dipl., ketua Tanfidziah PCINU Mesir berharap HMASS Mesir menjadi percontohan bagi seluruh almamater lain yang berkaitan dengan Nahdlatul Ulama.
“Alâ kulli hâl, kami sangat merespon positif, karena ini salah satu eksplorasi khazanah Islam,” ujarnya.
Mas Aris, sapaan akrab beliau, juga menjelaskan bahwa salah satu program LD-PCINU adalah Talaqqi Kitab Nusantara (TKN). Banyak sekali testimoni peserta yang telah mengikuti program PCINU Mesir yang satu ini. Salah satunya adalah mendapat perspektif baru dari keterangan-keterangan narasumber yang diundang dalam acara ngaji.
“Yang khatam berkali-kali ngaji di Indonesia pun masih tetap antusias menerima penjelasan dari syekh,” lanjut pria yang sedang dalam studi S2 di universitas al-Azhar, Kairo tersebut.
Rencananya, pengajian kitab al-Ma’man akan diadakan sebulan sekali, tepatnya setiap hari Senin akhir bulan dengan pemateri Syekh Mahmud Abidin al-Azhariy. Pengurus berkeinginan pengajian kitab karya K.H. A. Nawawi Abd. Djalil tersebut bisa selesai hingga halaman terakhir.
“Target khatam paling, ya, delapan bulan. Tergantung syekh,” jawab Ust. Muhammad Ghufron, ketua PCI HMASS Mesir memprediksi.
Sementara itu Ketua Pengurus Wilayah Istimewa Ikatan Alumni Santri Sidogiri (PWI IASS) Mesir, Kurdi Arifin menjelaskan bahwa program ini merupakan sinergi yang bagus antara Sidogirian Mesir dan LDNU. “Kita ada kendala tempat, mengingat kantor sekretariat HMASS Mesir ruangannya tidak mencukupi, sehingga kita mencari kerja sama. Divisi pendidikan berhasil mendapatkan kerja sama dengan LDNU,” jelasnya.
Untuk teknisnya, LDNU menyerahkan kewenangan sepenuhnya kepada anggota HMASS Mesir. “Untuk teknis dipasrahkan ke pihak HMASS, maka kita mengerahkan divisi ekbis dan pendidikan untuk menyukseskan hal ini”, ungkap pemuda kelahiran Bantur, Malang ini.
Penulis: Abrori Ahmadi