“Perumpamaan orang yang berzikir kepada Allah dan yang tidak berzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati.” Demikian sabda Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Prof. Dr. Habib Abdullah bin Muhammad bin Syihab saat membuka acara Daurah Ilmiah, Ahad pagi (24/08), di Surau H Pondok Pesantren Sidogiri.
Acara ini dihadiri oleh para staf pengajar Madrasah Miftahul Ulum dan para santri asrama Arab tingkat Tsanawiyah. Dalam tausiyahnya, murid dari al-Habib Umar bin Hafidz ini menekankan pentingnya zikir dalam kehidupan seorang mukmin.
Menurut beliau, zikir tidak hanya mendatangkan kebaikan dunia dan kebahagiaan akhirat, tetapi juga menjadi pintu terbukanya hati untuk menerima ilmu. Bahkan, dalam hadits lain dijelaskan bahwa Allah ﷻ meninggikan derajat orang-orang yang tekun berzikir melebihi para malaikat.
Beliau juga menyampaikan sebuah kisah ketika Rasulullah ﷺ mendapat perintah dari Malaikat Jibril untuk memeriksa masjid. Saat itu Rasulullah mendapati sekelompok sahabat sedang duduk dalam halakah zikir. “Ada apa kalian duduk di sini?” tanya Rasulullah. Mereka menjawab, “Kami duduk untuk berzikir kepada Allah.” Rasulullah kemudian menyampaikan pesan Jibril bahwa Allah membanggakan majelis zikir itu di hadapan para malaikat.
Dalam kesempatan tersebut, Habib Abdullah juga menjelaskan bahwa salah satu nikmat terbesar yang harus disyukuri dengan zikir adalah nikmat akal. Akal berfungsi sebagai alat untuk merekam ilmu yang diterima melalui pendengaran dan bacaan, serta untuk menyampaikan ilmu melalui tulisan dan lisan.
Beliau mengutip sebuah ungkapan hikmah: “Akal adalah nikmat. Antara akal dan kegilaan hanya dipisahkan oleh sehelai rambut. Jika rambut ini terputus, seseorang bisa menjadi gila. Maka jagalah akal dengan zikir, membaca al-Qur’an, dan shalat dengan khusyuk.”
Alumnus Universitas Sana’a ini juga berpesan agar dalam beribadah, seseorang tidak terburu-buru. Baik dalam zikir, membaca al-Qur’an, maupun shalat. Sebab, ketenangan membawa kepada keselamatan, sementara sikap tergesa-gesa hanya akan membawa penyesalan.

Menjelang akhir acara, para peserta diberi kesempatan untuk bertanya langsung kepada narasumber seputar kiat-kiat meraih kekhusyukan dalam ibadah. Daurah kemudian ditutup dengan pembacaan doa dan penyerahan cendera hati kepada Habib Abdullah oleh Mas Achmad Sa’dulloh Abd. Alim selaku perwakilan pengurus Pondok Pesantren Sidogiri.
Penulis: Imam Rohimi
Editor: A. Kholil












