Artikel

Menata Niat dan Perbaiki Diri di Momen Tahun Baru Hijriyah

Selama 13 tahun lamanya di Makkah, Rasulullah bersama para shahabat mengalami derita dan kecewa, sebab intimidasi, siksaan, hinaan, cemoohan, pemboikotan, dan bahkan pembunuhan, hingga tiba perintah hijrah dari Makkah menuju Madinah.

Hijrah inilah yang menandai awal kebangkitan Islam dari zona penindasan ke zona pelukan, dari zona kebodohan ke zona keilmuan, dari lingkungan biadab ke lingkungan beradab, hingga Islam benar-benar sempurna di semenanjung Arab bahkan di sebagian kecil Syam selama 10 tahun lamanya.

Artinya, untuk mencapai pribadi yang berkualitas secara ilmu dan akhlak, kita harus berusaha hijrah. Hijrah tidak hanya diartikan perpindahan tempat, tapi juga sikap dan tindakan. Karena itu, secara perlahan kita mestinya hijrah melalui tindakan giat belajar dan menerapkan isi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari sehingga terbiasa dan akhirnya menjadi karakter.

Namun, hal perlu diingat, langkah awal dalam hijrah ialah menata niat kita setulus mungkin. Niat karena Allah dan Rasulullah akan jadi bahan penggerak kita untuk maju terus menggapai tujuan. Jika berhasil, dua hal kita dapat, pahala dan tujuan. Jika pun kita gagal, kita masih beruntung dengan meraih pahala.

Akan tetapi sebaliknya, kita akan mogok di tengah jalan jika niat kita bukan karena Allah dan Rasul-Nya. Walhasil, tangan kita hampa dari pahala dan tujuan. Kalau pun berhasil, hanya tujuan yang kita capai. Pahalanya tak dinilai.

Itulah mengapa Rasulullah lewat sabdanya, mewanti-wanti kita dalam menata niat:

إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى الدُّنْيَا يُصِيْبُهَا أوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniati. Jika niat hijrah pada Allah dan Rasulullah, maka (ia telah) hijrah kepada Allah dan Rasulullah. Jika niat hijrah karena untuk dapat dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya ke dunia dan wanita saja” (HR. Bukhari-Muslim).

Oleh karena itu, Imam ath-Thayyibi mengutip kalam sebagian ahli hakikat, bahwa amal adalah usaha tubuh menuju Allah, sedangkan niat adalah usaha hati menghadap kepada-Nya. Hati ibarat raja dan amal ibarat tentara. Keduanya saling berkontribusi di medan perang. Hal ini juga tercantum dalam kitab Faidul-Qadir karya Syekh Abdurrauf al-Munawi.

Dalam tatanan niat, sebagian ulama hakikat memetakan level niat menjadi lima. Namun, dari lima level itu, bisa jadi kita masuk dalam niat awam yang memang mencari tujuan yang diinginkan, tetapi lupa dengan hal yang utama, atau masuk dalam bagian orang bodoh yang berniat menjaga diri dari bahaya dan cobaan.

Kendati demikian, hal itu tidak bisa memengaruhi langkah kita dalam berhijrah, karena di awal-awal, memang niat hijrah kita masih belum tulus dan sering terselubung dengan tujuan yang halus dan motivasi yang mulus.

Oleh karena itu, pada momen tahun baru hijriyah ini, mari tata niat kita dalam berhijrah untuk mencapai tujuan; menjadi manusia yang berkualitas ilmu dan akhlak.

Penulis: Imam Rohimi
Editor: Fahmi Aqwa

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *