BeritaUnggulan

Munada: Ajang Kompetisi dan Ruang Berbagi Metode Pengajaran Al-Miftah

Lahir pada tahun 1432 H/2013 M, Metode Al-Miftah lil Ulum terus menunjukkan perkembangan signifikan. Metode baca kitab cepat ini kini telah digunakan secara luas, tidak hanya di Pondok Pesantren Sidogiri, tetapi juga oleh berbagai lembaga pendidikan yang menerapkan metode belajar baca kitab kuning yang ringkas dan mudah ini.

Pertumbuhan yang pesat tersebut direspons serius oleh pengurus Pondok Pesantren Sidogiri dengan mendirikan Tatimmah (Tata Kelola Tim Al-Miftah) pada tahun 1443 H/2021 M. Tatimmah dibentuk untuk mengelola seluruh kegiatan Al-Miftah di luar pesantren sekaligus melakukan pengawasan terhadap lembaga-lembaga pengguna metode tersebut.
Hingga tulisan ini diterbitkan, terdapat 1.499 lembaga pengguna yang tersebar di seluruh Nusantara. Dari sinilah muncul gagasan untuk menghadirkan program baru yang mempererat hubungan antarlembaga pengguna, yakni Munada (Musabaqah antar Delegasi Pengguna Al-Miftah).

Para peserta beradu cerdas dan cepat dalam lomba merangkai kalimat

Munada merupakan ajang kompetisi bagi para peserta didik dari lembaga pengguna Al-Miftah. Pada momen ini, mereka beradu kemampuan dalam penguasaan materi Al-Miftah. Beragam kategori lomba digelar, mulai dari cerdas-cermat, merangkai kalimat, baca kitab, hingga nasyid yang tidak kalah menarik.

Baca juga: Eratkan Jejaring Lembaga Penerima Guru Tugas, Urusan TMTB dan Dai Gelar Musamma

Wakil I Tatimmah, Ust. Ja’far Shodiq, menyampaikan bahwa tahun ini merupakan penyelenggaraan Munada yang keempat. Mifda (Al-Miftah Daerah) selaku koordinator wilayah bertugas mengoorganisasi seluruh rangkaian kegiatan. Setiap lembaga berhak mengikuti kompetisi dengan mendaftar melalui Mifda setempat.

Banyak lembaga menyambut positif kegiatan ini, salah satunya Ust. Abdul Hakam Taftadzani, guru tugas yang mengajar Al-Miftah di Pondok Pesantren Nahdlatul Falah Kemirisewu Pandaan Pasuruan. Menurutnya, Munada memberikan dampak besar pada motivasi belajar murid. “Setelah ikut Munada, murid-murid di sini jauh lebih bersemangat mempelajari Al-Miftah karena mereka sadar bahwa di luar sana banyak santri yang lebih unggul dari mereka,” ujarnya.

Pria asal Pamekasan itu juga mengaku mendapat banyak wawasan baru mengenai teknik pengajaran Al-Miftah. Momentum berkumpulnya para pengajar dari berbagai daerah menjadi sarana bertukar metode dan pengalaman. “Saat berada di lokasi lomba, saya mencoba bertanya kepada pengajar dari lembaga lain mengenai cara mengajar yang mereka terapkan,” tuturnya.

Baca juga: Tatimmah Sidogiri, Perluas Jangkauan dengan Lantik Mifda Malaysia

Kepala Tatimmah, Ust. Qusyairi Ismail, menjelaskan bahwa terdapat tiga tujuan utama penyelenggaraan Munada: mempererat hubungan antarlembaga pengguna dan Pesantren Sidogiri, mengevaluasi hasil pembelajaran murid, serta menjadi media syiar sekaligus promosi metode Al-Miftah.

Salah satu peserta lomba baca kitab membaca dengan penuh kehati-hatian

Ust. Qusyairi menyampaikan rasa syukurnya atas perkembangan Al-Miftah. Beliau berterima kasih kepada seluruh lembaga yang telah mempercayakan metode ini sebagai bagian dari sistem pendidikan masing-masing, serta mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat, khususnya para pengurus Mifda. “Kami sangat berterima kasih kepada para pengurus Mifda yang telah menjalankan tugas dengan maksimal,” ungkapnya.

Ke depan, Tatimmah menargetkan agar metode Al-Miftah lil Ulum dapat merambah ke kancah internasional. Langkah awal telah dimulai dengan pembentukan Mifda di Malaysia, Yaman, dan Mesir. Harapannya, metode ini tidak hanya digunakan oleh pelajar di Indonesia, tetapi juga oleh pelajar di seluruh dunia. Metode ini membantu siapa pun belajar membaca kitab kuning dengan lebih mudah, sekaligus memastikan tradisi keilmuan itu tetap terjaga dan berkelanjutan.

Penulis: Moh. Syauqillah
Editor: Fahmi Aqwa

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *