BeritaUnggulan

Gelar Pelatihan Bimbingan Konseling, LPBK Hadirkan Dua Narasumber

Lembaga Psikologi dan Bimbingan Konseling (LPBK), menggelar pelatihan psikologi dan konseling pada Jumat pagi (23/05). Pelatihan ini dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama oleh Mas M. Syamsul Arifin Munawwir, M.Psi, M. H., Psikolog, dan sesi kedua oleh Dr. H. Syarif Thayib, S.Ag., M.Si, asal Surabaya.

Pada sesi pertama, Mas Syamsul menyampaikan bahwa konseling memiliki urgensi yang sangat besar dalam dunia pendidikan. “Konseling itu penting. Tanpa konseling, peserta didik yang tidak aktif akan sulit diatasi,” tegasnya.

Kaprodi Psikologi Islam STAI Sidogiri tersebut juga menjelaskan bahwa pesantren yang menjadi tempat pendidikan dengan asrama, dapat menjaga santri dari lingkungan yang tidak baik, melatih santri dengan keilmuan secara fokus dan kondusif.

“Pesantren, model pendidikan berasrama, sebenarnya sudah ditemukan di zaman Rasulullah, yaitu para shahabat Ahlus-Shufah yang tinggal di ‘asrama’ Masjid Nabawi. Di antara ‘santri-santri’ Nabi di sana adalah Abu Hurairah, Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis. Artinya, Pendidikan dengan model asrama ini bagus hasilnya. Dan sekarang pendidikan berasrama banyak dipakai juga oleh lembaga pendidikan modern, termasuk di Eropa,” tegas Kepala LPBK tersebut.

“Nabi adalah sosok yang mengerti mental dan karakrer santri-santrinya. Pernah beliau tidak mengizinkan salah satu shahabat jadi pemimpin, karena tidak punya jiwa kepemimpinan, ” imbuhnya.

Pemberian cendera mata kepada pemateri.

Pada sesi kedua, Dr. H. Syarif Thayib, S.Ag., M.Si., menyampaikan materi sebagai narasumber selanjutnya. Pada awal pemaparan beliau memberi petunjuk kepada para peserta cara menjadi orang terkenal.

“Pengen jadi orang terkenal maka lakukan tiga hal. Pertama, raihlah prestasi yang belum pernah diraih oleh orang lain. Kedua, jadilah yang terbaik dari orang-orang sekitarmu. Ketiga, harus beda dari orang lain,” ungkap alumni Pondok Pesantren al-Mubarak Lanbulan, Sampang tersebut.

Pada pelatihan konseling ini, pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat tersebut turut mengimbau kepada segenap tim BK untuk tidak hanya menanggulangi santri yang bermasalah saja. “Konseling bukan hanya mengatasi anak-anak yang bermasalah, tapi juga meningkatkan kualitas santri biar makin meningkat dan bagus,” terang Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Surabaya tersebut.

Di sisi lain, Bpk. Thayib juga menjelaskan cara agar menjadi santri yang LOGOS (Loving God Blessing Others). Maksudnya, cinta dan dicintai Allah, serta menjadi manusia yang belas kasih, dan jangan buat Allah kecewa.

Pada akhir penjelasannya, beliau memberikan tiga metode untuk menjadi santri LOGOS. Pertama, harus banyak bersyukur. Kedua, menyebarkan hal-hal yang kita punya. Ketiga, lakukan yang terbaik dan tingkatkan kualitas diri terus menerus.

Penulis: Ariel Laza Wardi
Editor: A. Kholil

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *