Pada kisaran 2005-an, banyak usulan supaya PPS membuat metode baca al-Quran sendiri. Karena Pengurus Qira’ati, metode baca al-Quran yang telah dipakai selama empat tahun saat itu terlalu mengintervensi Sidogiri. Berangkat dari hal ini, Ust. Aminullah Mazid, Kabag Taklimiyah (TTQ dulu) sowan kepada ketua III PPS saat itu, HM. Aminulloh Bq. “Wis Sidogiri gawe dewe, mosok gak iso? (sudah, Sidogiri buat sendiri, masak tak bisa?),” terang Ust. Abd. Syakur Noer menirukan dawuh HM. Aminulloh Bq, saat ditemui Maktabati di kediamannya, Sabtu (27/03).
Berangkat dari titah ini, Ust. Aminullah Mazid bergegas membentuk tim pembuat materi. Namun, sebelum materi rampung para punggawa tim tersebut sudah boyong terlebih dahulu. Akhirnya, dibentuklah tim penerus pembuat materi. Tapi, nasib tim penerus ini tak jauh beda dengan tim yang awal; para anggotanya boyong setelah menyelesaikan cikal bakal materi Qur’ani.
Meski cikal bakal materi sudah rampung dan selesai dicetak pada tahun 2009, bukan berarti tugas sudah selesai. Tugas baru telah menunggu, yaitu pengoreksian dan perbaikan materi. Karena tim sudah bubar, Ust. Abd. Syakur Noer yang ketika itu masih tersisa akhirnya menyatakan siap melaksanakan tugas baru itu sendirian. “Biarlah saya yang berkorban demi Qur’ani Sidogiri,” ujarnya pada Ust. Abd. Wahid Syafii, Kabag Taklimiyah era 2009-an. Setelah tiga bulan, metodologi Qur’ani Sidogiri selesai dirombak total oleh santri kelahiran Sokobanah, Sampang ini.
Selama tahun 2009 hingga 2011 M, Qur’ani Sidogiri tak memiliki kepengurusan tersendiri. Tim ini berada di bawah koordinasi Taklimiyah, hingga pada tahun 2013 M diresmikan sebagai instansi tersendiri di PPS dengan nama Metode Qur’ani Sidogiri (MQS) setelah pada tahun 2011-2012 dibansuskan oleh Taklimiyah.
Dalam perkembangannya, instansi ini telah memiliki lebih dari 355 pengguna yang tersebar mulai dari Jawa Timur, Jabotabek, Kalimantan, hingga Malaysia. Tentang jumlah pengguna ini, Moh. Habibi, TU MQS, berkomentar, “tiap tahun pengurus MQS menargetkan minimal menambah 20 lembaga pengguna. Tapi, alhamdulillah, penambahan pengguna MQS tiap tahunnya selalu melebihi target awal.”
Sementara itu, Ust. Hamim Asy’ari, Kabag MQS, mengatakan bahwa untuk lembaga pengguna luar PPS di tahun ini masih tak ada laporan perkembangan. Hal ini disebabkan tashih qiraah yang belum belum terlaksana. Sedangkan untuk qur’ani di dalam PPS sendiri, perkembangannya sudah tampak. Hal ini terbukti dengan meningkatnya tes kenaikan jilid yang menjadi acuan utama.
Ketika ditanya tentang kemungkinan mewisuda anak didiknya di panggung ikhtibar, staf pengajar MMU Tsanawiyah ini berkata, “Semoga tahun ini bisa. Itu (wisuda di panggung ikhtibar) akan kami usulkan ke Pengurus. Semoga dikabulkan.” Kata Ust. Syakur Noor.
======
Penulis: M. Ilyas
Editor: Isom Rusydi