Berita

Mas Syamsul Arifin Munawwir: Media Sidogiri, Media Pesantren Terbanyak di Pelosok Negeri

Santai: Mas Syamsul Arifin Munawwir Menyampaikan Opininya

“Pesatnya perkembangan media di Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) ditengarai oleh banyaknya media yang turut mewarnai ruang baca publik. Munculnya berbagai media di PPS, tidak lepas dari  upaya yang dilakukan oleh Mas d. Nawawy Sadoêllah (Katib Majelis Keluarga) selaku penggagas pertama,” kata Mas Syamsul Arifin Munawwir, dalam acara Orientasi Insan Pers, yang diselenggarakan oleh Badan Pers Pesantren (BPP) di ruang Auditorium Lt. II.

Dalam pernyataannya, beliau menyebutkan bahwa santri memiliki tanggung jawab besar atas persoalan dan eksistensi bangsa Indonesia. Keberadaan jurnalistik ini merupakan salah satu jawaban terhadap berbagai problematika yang sedang dihadapi umat Islam.

“Dengan media yang kita miliki saat ini, kita bisa mengenalkan bagaimana sebenarnya Islam, bagaimana kita bisa menampilkan Islam yang memiliki karakter rahmatan lil-alamin,” ungkap beliau yang saat ini menjabat sebagai Ketua Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (HMASS) di depan para redaksi media PPS.

Saat ini kita dituntut untuk mengambil bagian dalam peperangan persepsi yang sedang terjadi. Terus mengguritanya berbagai aliran diluar manhaj Ahlusunah wal Jamaah menjadi tugas penting bagi redaksi jurnalistik Sidogiri khususnya, dan santri Sidogiri umumnya. Media merupakan salah satu senjata yang bisa digunakan untuk membendung semua itu.

“Munculnya aliran sesat selama ini dirasa telah banyak menyakiti hati dan menyinggung perasaan keagamaan dalam masyarakat. Bahkan tidak jarang telah menjadi biang keladi dan pemicu terjadinya tindakan-tindakan anarkis di kalangan umat beragama. Kita bisa menggunakan media untuk membendung gerakan mereka,” ujar beliau yang juga Pengurus Pusat Asosiasi Psikologi Islam (API).

Sebelum acara berakhir, beliau memberi pesan kepada seluruh redaksi media Sidogiri agar terus berupaya untuk menulis. Tidak peduli tulisan jelek atau bagus, layak atau tidak, yang jelas santri wajib menulis, wajib berkarya dan pada intinya wajib berdakwah.

“Jika engkau bukan anak raja, bukan seorang lora (putra kiai, red) maka menulislah,” ungkap Mas Syamsul Arifin Munawwir mengutip dari perkataan Imam al-Ghazali.

=====

Penulis: M. Afifur Rohman
Editor  : Ahmad Rizqon

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *