Artikel

Putusin atau Halalin

Oleh: Muhammad Hilman Haeikal*

Berlibur di tanah kelahiran tercinta, melepas penat, melepas rindu, ngumpul bareng sama keluarga, sama teman. Sungguh kenangan yang tak bisa dilupakan. Namun, ada waktu dimana kita harus berpisah dengan mereka, meski rasa rindu belum sepenuhnya terobati. Efek dari hal tersebut, banyak orang masih suka merenung dan meratapi nasibnya yang seakan hampa tanpa cita-cita. Masih ada saja dari mereka yang sering melamun, terutama yang hobinya menyendiri. Namun bagi mereka yang memiliki jiwa sastrawan, mereka ada yang nulis puisi.

Biasanya, yang dilanda rindu semacam ini adalah mereka yang memiliki hubungan khusus dengan perempuan yang bukan mahramnya. Ketika ditanya kenapa pacaran, mereka sudah menyiapkan bermacam alasan, misal taaruf, pengen dakwah, dan yang lebih parah lagi kadang ada yang beralasan takut jomblo seumur hidup. Sungguh alasan yang kekanak-kanakan banget.

Masalah jodoh sudah ada yang ngatur, kita tidak perlu bingung tentang siapa jodoh kita, orang mana, cantik atau tidak, kita tidak perlu memikirkan itu. Hal terpenting adalah sekarang kita pelajari ilmu agama sebanyak mungkin. Kewajiban kita sekarang adalah memantaskan diri, karena ath-thayyibâtu lith-thayyibîn wath-thayyibûna lith-thayyibât. Cewek yang baik buat cowok yang baik, dan sebaliknya. Bukankah begitu?

Bagi yang merasa punya hubungan yang dilarang oleh syariat, alangkah baiknya kalau segera disudahi. Putusin atau halalin, itu adalah cara terbaik. Tentu semua sudah tahu jika pacaran adalah hal yang dilarang oleh agama selain juga di dalamnya mengandung berbagai dampak negatif.

Selain pacaran, Islam juga melarang interaksi lelaki dan perempuan yang tidak mempunyai kepentingan syar’i, seperti jalan-jalan bersama, nonton bioskop bareng, bahkan pergi bareng ke masjid atau mengadakan kajian Islam bareng pun tidak boleh jika belum halal. Khalwat pasti terjadi ketika kaula muda pacaran, khalwat adalah berdua-duaan antara cewek dan cowok yang bukan mahram di tempat yang sepi. Padahal Baginda Rasul sudah mewanti-wanti perbuatan ini “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita, karena sesungguhnya setan menjadi yang ketiga diantara mereka berdua.” (HR Ahmad, Ibn Hibban, Al-Thabrani, Al-Baihaqi).

Hai remaja umat Nabi Muhammad, renungkanlah kata-kata Baginda diatas. Hindari pacaran dan ambil jalan aman dengan menikah. Menikah adalah sebagian sunah Nabi, nikah muda lebih baik dari pada menghabiskan masa muda dengan bermaksiat. Sayyidina Ali mempersunting Fatimah Az-Zahra pada umur dua puluh satu tahun. Beliau mulai membina bahtera keluarganya pada umur yang masih muda. Dari sanalah Sayyidina Ali belajar banyak tentang pahita manisnya membina rumah tangga.

Setelah membaca tulisan ini, mari hindari pacaran dan mulai pernikahan. Karena dengan menikah kita bisa meminimalisir maksiat. Itu mungkin jalan satu-satunya untuk mengobati rasa rindu yang telah membuncah. Datangi walinya, bicara secara baik-baik bahwa kamu ingin  mempersunting putrinya. Lalu menikahlah! Wassalam.

*Redaksi Buletin Nasyith, Asal kota Sumenep sekarang berdomisili di Daerah O (Tahfidz Mutun) 

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *