Artikel

Dalil-Dalil Maulid Nabi Dalam Bingkai Kitab Suci

Setiap orang pasti akan senang ketika dia kedatangan keluarga baru ditengah-tangah mereka, yaitu kedatangan seorang anak yang baru lahir dari ibunya.

Betapa senangnya hati kedua orang tua ketika melihat sibuah hati, mereka merawatnya dengan penuh kasih sayang, bahkan ketika dia menginjak usia dewasa, tak lupa kedua orang tua selalu memperingati hari kelahirannya. Orang tua mengundang tetangga dan semua kerabat untuk memperingati hari klahiran sibuah hatinya.

Peringatan hari kelahiran atau yang biasa di sebut dengan ulang tahun bukanlah suatu yang baru bagi semua orang, hal ini sudah lumrah ditengah masyarakat kita, cara memperingatinyapun berbeda-beda, ada yang memperingati dengan tiup lilin, khatmi al-Qur’an, baca salawat bersama dan lain-lain.

Hal diatas juga mentradisi di kalangan umat islam, bahkan pada zaman Nabi juga ada peringatah hari kelahiran tapi, tidak sama seperti zaman sekarang, contohnya: Nabi pernah melakukan puasa pada hari senin dan para sahabat bertanya tentang puasa Nabi, “wahai Nabi mengapa kau berpuasa pada hari senin? Nabi pun menjawabnya: aku puasa pada hari senin karna dihari itulah aku dilahirkan dan diutus.

Dari cara Nabi memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa, sebetulnya banyak cara dalam memperigati hari kelahiran. maka dari itu orang indonesia sendiri berbeda beda caranya, ada yang merayakannya dengan baca salawat bersama, baca al-Qur’an, bersedekah dan dengan cara-cara yang lain.

Sudah menjadi rutinan pada setiap tahunnya bertepatan pada tanggal 12 bulan Rabiul awal semua orang islam indonesia merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. biasanya diletakkan disebuah masjid, mushalla atau di lapangan dengan sistem acara yang meriah dan dihadiri oleh ribuan orang.

Perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan hanya pada tanggal 12 saja, tapi sejak tanggal 1 bulan Rabiul awal sampai sebulan suntuk, bahkan ketika ada sebagian orang tidak merayakan pada bulan Rabiul awal mereka merayakan pada bulan-bulan selanjutnya, bedahalnya yang terjadi pada kalangan masyarakat  madura, mereka juga melakukannya sebulan suntuk, tapi yang membuat beda dari yang lain, kebiasaan disana dilakukan secara bergantian dari satu rumah kerumah yang lain baik dari kalangan orang yang ekonominya diatas rata-rata atau yang menengah kebawah  dengan suguhan makanan seadanya.

Melihat keragaman cara perayaan kelahiran Nabi diatas bersyukurlah kita sebagai umatnya, karna pada saatnya nanti ketika dunia sudah qiamat kita adalah satu-satunya umat yang bisa mendapatkan syafa’at dari Nabinya.

Ironisnya tidak semua orang khususnya di indonesia setuju dengan adanya perayaan kelahiran Nabinya, ada sekelompok orang mengatakan bahwa perayaan kelahiran Nabi yang kita kenal dengan Maulid Nabi  adalah Bid’ah (melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan pada zaman Nabi), kalau memang perayaan maulid Nabi dianggap Bid’ah  maka pada zaman ini banyak sekali suatu yang bisa dianggap Bid’ah. Seperti kendaraan pada zaman sekarang, umumnya orang indonesia kemana-mana menaiki sepeda motor, pada zaman Nabi sendiri tidak ada yang namanya sepeda motor yang ada malah unta, dan banyak lagi percontohan  yang bisa kita ambil.

Untuk menolak perkataan sekelompok orang yang mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi dianggap Bid’ah ada beberapa dalil dalam kitab Allah yang menerangkan tentang hal diatas.

  • Dalil pertama:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Artinya: Dan kami tidak mengutus Engkau  (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Q.S. al-Anbiya’ ayat 7)

Dalil diatas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad adalah Rahmat bagi seluruh alam dan  semua manusia.[1] demikian juga disabdakan oleh Nabi sendiri “aku diutus sebgai pembawa rahmat bukan diutus untuk melaknat” [2]. Dan Allah memberi izin bagi seluruh hambanya senang dan bergembira dengan lahirnya rahmat sebagaimana akan kami singgung pada dalil kedua.

  • Dalil kedua:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Artinya: Katakanlah (Muhammad) dengan kerunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Q.S. Yunus Ayat 58).

Dalam ayat di atas terdapat kata Fadzlillah dan kata Rahmat, tentang penafsiran kata tersebut kata Fadzlillah oleh ulama’ ditafsiri dengan Ilmu sedangkan kata Rahmat ditafsiri dengan Nabi Muhammad S.A.W,[3] dengan demikian mengindikasikan bahwa bergembira dengan kelahiran Nabi muhammad S.A.W bukanlah suatu yang bid’ah.

  • Dalil ketiga:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh kehormatan kepadanya. (Q.S. al-Ahzab 56)

Dalil yang krtiga ini merupakan sebuah tuntutan membaca shalawat dengan tuntutan secara syar’i.

  • Dalil keempat:

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: Dan semua kisah Rasul-Rasul, kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu kami teguhkan hatimu, dan didalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan bagi orang yang beriman. (Q.S. Hud ayat 120).

Diceritakannya kisah-kisah Rasul dalam ayat di atas supaya kisah tersebut meneguhkan hati Nabi Muhammad S.A.W. sedangkan kita sebagai umatnya juga sangat butuh untuk  meneguhkan hati kita melalui kisah-kisah tentang Nabi.

Kesimpulan dari dalil yang keempat adalah kita sebagai umat Nabi Muhammad butuh mengatahui kisah-kisah Nabi. Dari hal ini kebiasaan orang indonesia merayakan maulid Nabi dengan membaca kisah-kisahnya baik berupa kalam Natsar atau kalam kosidah untuk meneguhkan hati mereka.

  • Dalil kelima:

قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Artinya: “Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau: berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki. (Q.S. al-Maidah ayat 114)

Dalam ayat diatas tertera lafal Maidah, ulama’ menafsirinya dengan mkanan. Ayat ini menerangkan kisah Nabi Isa A.S yang meminta diturunkannya Maidah dari langit agar pada hari itu dijadikan sebuah perayaan besar bagi kaum Nabi Isa A.S dan kaum-kaum disetelahnya sebagai bentuk kegembiraan mereka.[4]

Penulis: Abd Mutollib (Kader Annajah Center Sidogiri)

Refrensi:

[1][1][1] Al-Qurtubi Abu Abdillah. Al-Jami’ al-Ahkam al- Qur,an, Dar al-Fikr. Juz 12 hal 35.

[2] As-suyuthi Jami’ as-Shaghir

[3] As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman, ad-Durrul mantsur, 1414 H/1993 M. Dar al-Fikr, juz 4 hal 367.

[4] Al-Quraisyi ad-dimsiqi Abi al-Fida’ Isma’il bin Katsir. Tafsir al-Qur’an al’Adzim. 1403 H/1983 M. Dar Al-Mufid. Juz 2 hal 108-109.

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *